Pelurusan Sejarah, Begandring Surati Mensos dan Gubernur Jatim

Nama Gubernur Soerjo (RMTS Soerjo) bisa dianggap identik dengan Surabaya. Ini karena dia sempat menjadi pemimpin yang menentukan sikap Arek-Arek Suroboyo melawan Sekutu pada 10 November 1945. Dialah yang menggaungkan semboyan, “Lebih baik hancur daripada dijajah kembali, kita tolak ultimatum Inggris”

Gubernur Soerjo juga identik dengan Jawa Timur. Karena dia gubernur Jawa Timur pertama pascakemerdekaan. Kehadirannya sebagai gubernur Jawa Timur yang asli pribumi menjadikan dasar penetapan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur yang dicatat sejak ia mulai berkantor di Gubernuran, 12 Oktober 1945. Tanggal itulah yang selanjutnya menjadi HUT Provinsi Jawa Timur yang ditetapkan pada 2007 lalu.

Karena sangat terkait Hari Jadi Provinsi Jawa Timur, versi penetapan pascakemerdekaan tahun 2007, maka Gubernur Soerjo layak mendapat perhatian. Makam Gubernur Soerjo di Magetan juga direnovasi oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Khofifah juga mengagendakan ada peringatan rutin tahunan di sana dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur.

Di sisi lain, untuk memaknai nilai-nilai kejuangan dan kepahlawanan Gubernur Soerjo, Disbudpar Jatim tengah memproduksi film animasi tentang Gubernur Soerjo. Harapannya, nilai-nilai kejuangan dan kepahlawanan Gubernur Soerjo dapat dilestarikan, dimaknai sebagai kekuatan dan optimisme pembangunan bangsa ke depan.

Oleh karena itu, hal-hal yang terkait dengan sejarah Gubernur Soerjo harus dijaga kebenarannya. Maklum, selama ini masih ada kontroversi terkait dengan kematian Gubernur Soerjo. Baik mengenai tanggal maupun angka tahun kematian.

Menurut catatan keluarga besar RMTA Soerjo, Pak Suryo (panggilan akrabnya), gugur di tangan gerombolan yang berafiliasi PKI di Ngawi, 12 November 1948. Banyak literasi mulai dari yang berbentuk surat kabar, koran, majalah, artikel hingga tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang mencatatkan angka tahun kematian pada November 1948.

Baca Juga  Penemuan Makam Leluhur Keluarga Krancher

Tetapi angka tahun yang terpahat pada batu nisannya adalah November 1947. Padahal, tahun 1947, selepas menjadi Gubernur Jawa Timur, Pak Soerjo diangkat jadi wakil ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Hingga kemudian terjadi peristiwa nahas pada 12 November 1948, ketika ia berperjalanan dari Jogjakarta menuju Madiun.

Menurut juru bicara keluarga besar RMTA Soerjo, Muries Subiyantoro, Pak Soerjo berangkat dari Jogjakarta pada 10 November 1948. Dalam perjalanan, ia berhenti di Surakarta dan bermalam di rumah Residen Surakarta.

Pada hari berikutnya, 11 November 1948, menjelang sore, Pak Soerjo melanjutkan perjalanan ke Madiun. Di tengah perjalanan, di kawasan hutan di Kedunggalar, Ngawi, ia dicegat segerombolan PKI, kemudian dibunuh setelah disiksa dan diinterogasi.

Menurut Muries, mulai dari mencegat hingga membunuh, membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Karenanya, ia dan keluarga meyakini, Pak Soerjo gugur pada 12 November 1948.

“Tanggal gugur 12 November, sebagaimana tertulis pada nisan sudah benar. Tetapi penulisan angka tahunnya yang tidak benar. Yaitu tertulis 1947. Mestinya penanggalan yang benar adalah 12 November 1948,” terang Muries.

Muries menegaskan, kesalahan ini harus dikoreksi dan sejarah harus diluruskan. “Sangat ironis ketika makam Pak Soerjo menjadi jujugan rutin pejabat pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam serangkaian acara peringatan HUT Provinsi Jawa Timur, di nisan Pak Soerjo terdapat data dan informasi yang salah,” ujar Muries.

Menurut analisa sejarawan Prof Purnawan Basundoro, penulisan angka 8 bisa jadi ada kekeliruan pada saat pembuatan atau juga bisa jadi karena faktor lain.

“Pihak keluarga yang lebih tahu. Karena  makam ini kan berada di kompleks makam keluarga,” kata Purnawan.

Muries menambahkan, pihaknya berterima kasih bila ada upaya koreksi data inskripsi pada nisan Gubernur Soerjo.

Baca Juga  Masuk ke Zaman Romawi di kota Nijmegen, Belanda. 

“Meski makam Gubernur Soerjo ini berada di lingkungan makam keluarga, tapi karena status Gubernur Soerjo sudah menjadi Pahlawan Nasional, pihak keluarga tidak bisa seleluasa melakukan perbaikan perbaikan. Perlu ada pemahaman bersama atas kesalahan, sehingga bisa dilakukan perbaikan bersama. Karena makam Gubernur Soerjo sudah menjadi ranah publik juga,” kata Muries.

Lantaran kesalahan ini, Perkumpulan Begandring Soerabaia berkirim surat ke Gubernur Jawa Timur dan Menteri Sosial agar ada upaya koreksi pada nisan Gubernur Soerjo.

“Kami tahu ada kesalahan tulis angka tahun ketika kami terlibat dalam Focus Group Discussion untuk pembuatan film animasi sejarah Gubernur Soerjo di Malang. Agar tidak salah kaprah, maka berbagai pihak terkait perlu melakukan revisi angka tahun kematian Pak Soerjo dengan mengganti dari 1947 menjadi 1948,” jelas Kepala Bidang Pendidikan Begandring Soerabaia, Achmad Zaki Yamani.

Zaki berharap agar segera ada perbaikan sebelum Peringatan HUT Provinsi Jatim dan Haul Gubernur Soerjo pada 2022 ini.

Ia menambahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak keluarga RMTA Soerjo di Magetan. (*)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *