Kali ini Om TP Wijoyo akan mengkisahkan jejak klasik di Surabaya. Menurut cerita pitutur masyarakat sekitar, dulu, di lokasi yg kini berdiri Hotel Hyatt / Bumi Surabaya terdapat sebuah punden kuno berupa gumukan tanah dan ditumbuhi pohon ringin tua, dan dibawah ringin terdapat kekunoan undak-undakan yang tersusun bata kuno berukuran besar, serta terdapat batu andesit di bawah pohon ringin.
Masyarakat sekitar waktu itu menamakan “punden mbah pangeran”. Area gumukan tanah punden tersebut berada di halaman sebuah sekolah SD.
Seiring waktu, tanah sekitar punden kuno dibeli dan dijadikan “Hotel Hyatt” sekitar tahun 1980-an. Dua buah batu andesit dipindahkan dari lokasi, ke arah agak utara dari lokasi Hotel Hyatt.
Dan dibangunlah sebuah bangunan cungkup punden di tempat yang baru pada tahun 1993, dan diberi nama “Punden Makam Pangeran Joko Taruno”.
Tepat di sebelah barat Punden Joko Taruno adalah komplek makam tua yang diyakini sebagai “Makam Mbah kudo” atau disebut juga “Makam Kudo Kardono / Yudho Kardono”. Hal menarik, beberapa waktu lalu terdapat temuan sebuah “Lingga” batu berbahan andesit yang kini masih tersimpan di area lokasi.
Menurut penuturan warga sekitar, lokasi punden lama yang berupa gumukan tanah itu, sekarang menjadi bagian lobby Hotel Hyatt. Dan kelak nama “Hotel Hyatt” berubah nama menjadi “Hotel Bhumi Surabaya”.
Warga sekitar mengisahkan punden lama yang berupa gumukan tanah itu sangat disakralkan. Dan tidak jauh dari area punden gumukan terdapat makam “Mbah Panjang” yang kini juga dipindah di samping Koramil di belakang Hotel Hyatt.
Terkait nama “Joko Taruno”, nama tokoh ini muncul dalam kisah lakon Ludruk Tradisional “Joko Jumput”. Diceritakan dalam kisah lakon ludruk bahwa Joko Taruno adalah putra dari Adipati Kediri yang hendak meminang putri Adipati Surabaya.
Akhir kata, punden kuno gumukan tanah yang terdapat kekunoan bata kuno dan batu andesit persegi, bisa jadi dulunya merupakan reruntuhan bangunan masa klasik, yang bisa dihubungkan dengan “candi” atau tempat pemujaan masa lalu.
Semakin hari jejak klasik di Surabaya semakin terungkap.
Oleh “Om” TP Wijoyo