Raden Samadikoen, Gubernur Gerilya Jawa Timur.

Blitar menjadi Pusat Pemerintah Propinsi Jawa Timur sejak Agresi Militer Belanda 1 tahun 1947 dan saat Agresi Militer Belanda 2, Blitar diserang oleh tentara Belanda dan berhasil dikuasai pada 21 Desember 1948.

Sehubungan Blitar jatuh ke tangan tentara Belanda, maka Gubernur Jawa Timur Dr Moerdjani beserta Wakil Doel Arnowo melanjutkan pemerintahan gerilya di lereng gunung Wilis, beliau berdua terus diburu oleh tentara Belanda, tanggal 24 Februari 1949 dalam suatu operasi militer khusus tentara Belanda berhasil menangkap Gubernur Jawa Timur beserta wakilnya di lereng gunung Wilis, selanjutnya beliau berdua dibawa ke Surabaya dan ditawan di Hotel Sarkies, di Jalan Embong Malang Surabaya (saat ini menjadi Tunjungan Plasa).

Berita pengangkatan Raden Samadikoen menjadi Residen Madiun pada Mimbar Merdeka 10 Oktober 1946

Untuk mengisi kekosongan jabatan pimpinan Propinsi, maka Pemerintahan Darurat Republik Indonesia pada tanggal 25 Februari 1949 mengangkat Residen Madiun Raden Samadikoen sebagai Penjabat Gubernur Jawa Timur sehari setelah putranya Samodra anggota TRIP dieksekusi mati tentara Belanda bersama Menteri Supeno di dusun Ngeliman desa Ganter lereng Wilis Kabupaten Nganjuk.

Selanjutnya atas petunjuk kolonel Soengkono selaku Gubernur Militer Jawa Timur agar R. Samadikoen memimpin pemerintahan gerilya di Blitar Selatan di daerah Lodoyo bersama Bupati Blitar Darmadi yang tidak lain adalah ayah dari Soeprijadi pimpinan pemberontak PETA Blitar.

Pada 15 Maret 1949, Pimpinan PDRI di Jawa Mr. Soesanto Tirtoprodjo yang juga menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri, menugaskan Pj Gubernur Jawa Timur R. Samadikoen untuk mengadakan perjalanan gerilya menghubungi secara langsung para Residen se Jawa Timur didaerahnya masing masing yang mana surat penugasan untuk mengadakan perjalanan dinas oleh pimpinan PDRI disampaikan oleh Abdoel Gapar pegawai jawatan Penerangan RI, dalam tempo 2 bulan R. Samadikoen harus menyelesaikan tugas tersebut, waktu yang sangat pendek untuk perjalanan yang jauh dengan medan yang berat apalagi dilakukan secara gerilya atau jalan kaki.

Baca Juga  Monumen Jago Yang Hilang Di Surabaya
Gubernur R. Samadikoen

Dalam pengawasan dan pencarian NEFIS atau Intelijen Belanda, Pj Gubernur Jawa Timur R. Samadikoen melakukan kirab Pemerintahan Darurat Republik Indonesia untuk menunjukan eksistensi Pemerintah RI kepada seluruh rakyat Jawa Timur.

Perjalanan gerilya R. Samadikoen ini hanya disertai dua pelajar pejuang dari TRIP yaitu Sudarno dan Sumadi, dalam memulai perjalanan beliau dan dua pengikutnya berbekal satu tas kecil berisi satu hem putih, satu hem model bung Karno, celana panjang dan uang saku Rp 5.000.- dari Bupati Blitar, suatu jumlah yang minim untuk perjalanan panjang selama dua bulan. Selama perjalanan gerilya dan berkat bantuan berbagai pihak, terutama rakyat, perjalanan dinas gerilya ini tercatat tidak pernah menggunakan promes atau tanda hutang negara yang dibayarkan setelah perang berakhir.

Sebelum berangkat kedua pelajar pejuang tersebut (Sudarno dan Sumadi) diambil sumpah kesetiaan oleh R. Samadikoen, yang intinya adalah :

  1. Dalam keadaan apapun tidak akan meninggalkan Pj Gubernur dan perjalanan gerilya ini merupakan pengabdian kepada Bangsa dan Negara Indonesia.
  2. Selama perjalanan dinas gerilya Pj Gubernur Samadikoen tidak akan menyatakan diri sebagai Gubernur, kecuali dihadapan yang berhak tahu dan akan menyamar sebagai guru yang mengungsi dan mencari keluarga.
  3. Bilamana tertangkap Belanda, akan langsung menggunakan bahasa Belanda agar tidak diperlakukan sebagai tawanan Biasa.
  4. Bilamana tertangkap Belanda, kedua pelajar pejuang tersebut akan diakui sebagai pegawai Gubernur, bukan sebagai pelajar pejuang untuk menghindari perlakuan tidak wajar dari tentara Belanda.

Dari Lodoyo, perjalanan gerilya Pj Gubernur Samadikoen diteruskan ke arah timur menuju wilayah Karesidenan Malang, melalui Kecamatan Bantur, Kecamatan Donomulyo kemudian masuk Kecamatan Wajak Kabupaten Malang.

Di wilayah Malang, Pj Gubernur Samadikoen berusaha mendapatkan informasi terlebih dahulu keberadaan Residen Malang dan didapatkan informasi bahwa kedudukan Residen Malang R. Aboe Bakar Kartowinoto beserta staf berada di desa Sindurejo Kecamatan Tumpang Malang Timur.

Baca Juga  TENTARA PETA SIDOARJO MEMBERONTAK

Saat bertemu Residen Malang, dibentangkan maksud tujuan Pj Gubernur Samadikoen mengadakan perjalanan dinas gerilya PDRI yang intinya untuk menunjukkan eksistensi Pemerintah RI di Daerah khususnya Jawa Timur, serta untuk menunjukkan kepada Belanda bahwa pemerintah RI tetap bersinergi bersama sama dengan TNI berjuang mempertahankan kemerdekaan sekalipun Ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta telah diduduki Belanda dan pimpinannya ditawan.

Residen Malang R. Aboe Bakar Kartowinoto pada kesempatan itu melaporkan segala kegiatannya beserta staf dan situasi kondisi di wilayah Karesidenan Malang kepada Pj Gubernur Samadikoen. Tugas Residen Malang selama perang kemerdekaan sangat berat apalagi wilayah hukumnya sangat luas, meliputi Malang raya, Pasuruan raya, Probolinggo raya dan Lumajang raya yang semua wilayah itu sudah diduduki Belanda. (Bersambung)

Oleh : Achmad Zaki Yamani

Sumber : Kirab Pemerintahan Darurat R.I Jawa Timur, MKGR Jawa Timur, Surabaya, 1998.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *