Begandring.com – Teatrikal, yang mengangkat tema Pertahanan Tunjungan oleh Reenactor Begandring Soerabaia pada Minggu, 9 Juli 2023, menutup Festival Peneleh dan sekaligus membuka Java Coffee Culture 2023 di jalan Tunjungan (9/7/2023).
Pertunjukan teatrikal, yang digelar persis di depan gerbang Mall Pelayanan Publik, Siola, di jalan Tunjungan adalah sajian pamungkas oleh Begandring Soerabaia dalam kolaborasi triparteit: Begandring Soerabaia, Pemkot Surabaya dan Bank Indonesia.
Selama dua hari sebelumnya, 7 dan 8 Juli 2023, Begandring Soerabaia ibaratnya sebagai tuan rumah dalam pelaksanaan Festival Peneleh yang digelar di jalan Makam Peneleh. Di jalan Makam Peneleh inilah kantor sekretariat dan markas Begandring Soerabaia berada.
Setelah Festival Peneleh, pada hari berikutnya Minggu, 9 Juli 2023 dilanjutkan dengan Teatrikal kepahlawanan yang sekaligus membuka Java Coffee Culture 2023. Acara ini disponsori oleh Bank Indonesia bersama Pemkot Surabaya yang didukung oleh Begandring Soerabaia.
Di depan pejabat Bank Indonesia, anggota DPR RI dan Pemkot Surabaya, Reenactor Begandring Soerabaia menampilkan kisah kepahlawanan arek arek Surabaya dengan tokoh sentral Madun, arek Gentengkali.
Achmad Zaki Yamani, sutradara teatrikal ketika membuka acara dengan membacakan sinopsis teatrikal mengatakan bahwa cerita yang akan disajikan dibuat berdasarkan peristiwa dan sejarah nyata. Di sana di jalan Tunjungan, di area sekitar perempatan Siola, memang terjadi peristiwa upaya penghadangan tentara Sekutu yang bergerak dari utara ke selatan kota.
“Di sana, di depan gedung Siola, ada patung kepahlawanan yang menghadap ke utara, itulah gambaran kepahlawanan Madun, arek Gentengkali beserta rekan rekan yang gagah berani menghadapi tentara Inggris”, jelas Zaki di hadapan para tamu tamu VIP.
Tamu tamu VIP itu adalah Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta, anggota DPR RI Indah Kurnia dan Charles Meikyansah, Kepala Perwakilan BI Jawa Timur Doddy Zulverdy beserta jajaran Bank Indonesia serta Sekda Kota Surabaya Ikhsan.
Mereka terpukau melihat penampilan teatrikal yang menghanyutkan perasaan dan memuntahkan rasa bangga itu. Tidak sedikit penonton yang melelehkan air mata.
Teatrikal kepahlawanan Madun ini dikemas dengan sangat serius dalam waktu yang sesingkat singkatnya. Akhirnya kegiatan ini terlaksana karena kolaborasi yang apik dengan kelompok kelompok reenaktor lainnya seperti Begandring Soerabaia, Soerabaia Combine Reenactor., Modjokerto Reenactor, Djombangsche Reenactor, Bali Reenactor, Bangiler Reenactor, Bunker Udhug Surabaya dan Pokdarwis Peneleh Heritage.
“Ini bentuk kolaborasi dan inklusivitas dalam karya bersama demi menjaga memori publik sejarah kota Surabaya”, jelas Zaki.
Atas kolaborasi itu jalan Tunjungan di sore itu menjadi membara dan menggelegar. Desing mesin mesin pelontar peluru tajam, raung pesawat pembom Thunderbolt dan tank tank Sherman beroda baja menggilas jalan dan jeritan serta teriakan para pejuang mampu meluluhkan air mata tamu dan hadirin.
Itulah suasana teatrikal yang mengangkat cerita Pertahanan Tunjungan. Kolaborasi tidak hanya dengan kelompok kelompok reenaktor, tetapi juga melibatkan TVRI Jawa Timur yang mengolah backsound audio di dapur rekamannya. Hasilnya adalah tangisan penonton yang larut dalam alur cerita dan atraksi teatrikal.
Al kisah Madun, pemuda Gentengkali, akhirnya gugur dalam pertempuran itu. Pertahanan Tunjungan jebol. Pejuang Surabaya mundur ke selatan (Simpang, Darmo, Wonokromo, Gunungsari hingga keluar kota).
“Untuk mengenang Madun, maka dibuatkan patung di depan gedung Siola”, jelas Zaki.
Seusai gelaran teatrikal, seluruh tamu VIP berfoto bersama dengan seluruh talent teatrikal.
“Selamat dan sukses”, ujar Charles Meikyansah, anggota DPR RI yang dulu pernah menjadi jurnalis di salah satu stasiun TV lokal di Surabaya, seprofesi dengan dua pengurus Begandring Soerabaia. (nng).