Tengoklah Made, Kelurahan yang Berkearifan Lokal

Jika Anda ke Kota Pahlawan, sempatkanlah untuk berkunjung ke Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep. Lokasinya di kawasan Surabaya Barat.

Kenapa? Karena warga Made memang unik. Satu-satunya kelurahan yang paling kuat mempertahankan tradisi dan eksistensinya sebagai kawasan agraris, di tengah gencarnya modernisasi di Surabaya Barat. Di mana kawasan itu kini dibanjiri hunian bergaya Mediterania dan Eropa.

Warga Made tetap memegang teguh cara hidupnya yang berkearifan lokal. Di sana secera periodik masih menggelar acara tradisional yang sering mencuri perhatian publik.

Sebut saja olah raga tradisional Gulat Okol. Olahraga ini berawal dari kegiatan warga Made saat menggembalakan hewan ternaknya. Dulu, sembari menunggu kerbau, sapi, dan kambing mencari makan di area persawahan, para penggembala mengisi waktu luangnya dengan bergulat di atas jerami.

Ketiga bertarung, mereka dilingkupi rasa senang. Tidak ada dendam. Justru dengan melaksanakan gulat di sela-sela menggembalakan ternak itulah didapati rasa persaudaraan sesama warga. Dari situlah kemudian Gulat Okol dijadikan tradisi turun-temurun hingga sekarang.

Ada juga Sedekah Bumi. Biasanya dibaregi selamatan, open house, Arak-Arakan Ancak yang berisi hasil bumi yang dibentuk dalam beragam model. Sedekah Bumi digelar rutin tiap Oktober.

Akhir Januari ada lagi acara tradisi digelar. Namanya, Keleman. Yakni, tradisi selamatan di saat padi sedang “bunting” (berbuah). Digelar di penguujung bulan Januari. Saat kondisi lahan sawah kaya akan air. Karena di bulan Januari lagi musim penghujan.

Padi yang sedang bunting ini kemudian diselamati (bancakan). Agar padi terus tumbuh sehat hingga saat panen. Ketika sebelum pandemi, selamatan biasanya diadakan di balai RW. Namun di saat pandemi, selamatan diadakan di tingkat RT atau di rumah masing masing.

Baca Juga  Gubernur Soerjo Bakal Dibikin Animasi

Keleman merupakan ritual yang dilakukan warga Made untuuk memberikan persembahan kepada Dewi Sri (Dewi Padi) lewat prosesi selamatan yang dilakukan oleh para petani yang menggarap sawah dan juga masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Kemeriahan upacara Sedekah Bumi. foto:wikipediaRitual ini merupakan salah satu nilai budaya yang masih dipegang teguh dan dilakukan oleh warga Made. Ritual ini mulanya berawal dari kepercayaan masyarakat masa itu. Hal ini dapat terlihat jelas dari konsep yang masyarakat dulu percayai terkait konsep dewa-dewi yang mengandung nilai-nilai baik dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Sukarni (51), warga Kelurahan Made, ada sekitar 40 persen warga Made masih berprofesi sebagai petani. “Merekalah sampai sekarang masih sering mengadakan selamatan Keleman,” katanya.

Sukarni menyebut, saat selametan warga memawa sesajen berpa polo pendem, kue plered, dan uler-uleran. “Kue uler-uleran itu yang ditaburkan ke sawah,” imbu dia.

Kue uler-uleran ini sebagai simbolisasi pupuk organik pengusir hama. Selain diberi uler-uleran, warga juga memasang boneka orang-orangan untuk mengusir hama burung bila padi sudah matang.

Ekosistem di Made juga terlihat masih lestari. Manusia dan alam terlihat bersahabat dan harmonis. Sawah juga terlihat. Waduk serta barongan menjadi vegetasi alami.

Meski demikian, rumah-rumah warga yang berdiri di sepanjang jalan terlihat cukup besar dan kokoh, pertanda kemakmuran secara ekonomi. Dengan kontur jalan yang naik turun, lingkungan alam Made seperti di Tretes. Teduh, hijau, dan diselimuti udara yang segar. (*)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *