Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi: “Setelah dibuka, warga harus kreatif”.

Begandring.com – Pesan itu disampaikan wali kota Surabaya, Eri Cahyadi, sesaat setelah meresmikan Rumah Lahir Bung Karno di Pandean IV/40 Surabaya sebagai museum pada 6 Mei 2023 lalu. Ia berharap kepada warga bahwa dengan diresmikannya sebagai museum, maka warga harus bisa kreatif dengan, misalnya, berjualan souvenir dan kuliner untuk memanfaatkan kehadiran tamu tamu yang berkunjung ke museum ini.

“Supaya tamu tamu tidak cuma datang ke museum lalu pergi”, tambah Eri Cahyadi kepada warga dan lurah Peneleh serta tim Begandring Soerabaia, yang hadir dalam momen peresmian Rumah Lahir Bung Karno sebagai museum saat itu.

Ruang tamu di rumah kuno Pandean IV Surabaya. Foto: Begandring.

Rupanya pesan walikota ini ditangkap oleh pengurus Begandring dan pada saat menggelar jelajah sejarah dalam rangka mengisi Bulan Bung Karno pada Minggu, 25 Juni 2023, Jelajah Sejarah Subtrack (Surabaya Urban Track) mampir ke sebuah rumah kuno yang berdiri di depan Rumah Lahir Bung Karno.

Seorang pengunjung dari Jelajah Sejarah berkaca di cermin kuno di ruang tamu. Foto: Begandring.

Rumah kuno ini menjadi pendukung dari RLBK sebagai museum. Selain bisa berkunjung ke rumah, yang kini sudah menjadi museum, rumah kuno ini bisa digunakan sebagai penguat narasi yang menggambarkan model eksterior dan interior arsitektur rumah lahir Bung Karno.

Rumah Lahir Bung Karno, yang bisa dilihat saat ini, memang sudah banyak mengalami perubahan arsitektur dan tata ruangnya. Nah untuk membayangkan keaslian rumah lahir Bung Karno, maka sebuah rumah kuno yang berada di seberang RLBK bisa digunakan sebagai media untuk memvisualisasikan bagaimana keaslian RLBK.

Tegel motif kembangan di rumah kuno menjadi daya tarik tersendiri di rumah ini. Foto: Begandring.

Ada kemiriman langgam arsitektur antara RLBK dengan rumah kuno itu. Kedua rumah ini memiliki teras dengan eksterior simetris. Satu pintu di tengah dan dua jendela di kiri dan kanan pintu. Kemudian ada satu ruang tamu. Setelah ruang tamu ada kamar tidur dengan satu lorong ke arah belakang. Pada bagian belakang terdapat sebuah teras. Setelah teras belakang, lalu ada paviliun yang dipakai sebagai dapur dan kamar mandi. Di belakang juga masih ada halaman yang terbuka.

Baca Juga  Gedung Singa Berlage: Sintesis Eropa dan Nusantara

Tata ruang yang simetris perlambang keseimbangan. Foto: Begandring

Tata ruang simetris perlambang keseimbangan. Foto: Begandring. 

Pemilik rumah kuno, yang berarsitektur Indiesch dari kisaran tahun 1880 atau 1890-an, mempersilakan rombongan jelajah sejarah Subtrack untuk masuk ke tempat tinggalnya dan melihat lihat rumahnya.

Dipersilakannya rombongan jelajah sejarah ke rumah kuno oleh penghuninya, Ema, adalah kesempatan untuk memperkuat narasi tentang arsitektur RLBK. Ditemui oleh pengurus Begandring (Kuncarsono Pasetyo, Zaki Yamani dan Nanang Purwono) yang memang sedang memandu rombongan jelajah sejarah saat itu, disampaikan lah kepada Ema tentang pesan Wali Kota Eri Cahyadi agar warga bisa mengambil peran dan memanfaatkan dengan dibukanya rumah lahir Bung Karno sebagai museum.

Yaitu dengan memanfaatkan tempat tinggalnya yang klasik dan vintage sebagai kafe dan tempat penjualan souvenir. Kuncarsono yang juga memanfaatkan rumah loji di jalan Makam Peneleh sebagai kafe, menyarankan kepada Ema, pemilik rumah kuno, agar memanfaatkan rumahnya sebagai bagian dari obyek wisata yang patut dikunjungi di Pandean IV selain museum RLBK.

Kunjungan jelajah sejarah Subtrack ke rumah kuno di Pandean IV. Foto: Begandring

“Ayo mbak mampir ke Lodji Besar untuk ngobrol ngobrol merancang kegiatan ekonomi di rumah panjenengan”, ajak Kuncarsono kepada Ema.

Rumah kuno di Pandean IV tampak depan samping. Foto: Begandring

Ajakan pengurus Begandring Soerabaia kepada Ema ini juga bagian dari upaya pemerintah Kota Surabaya, yang bekerja sama dengan Begandring Soerabaia dan Bank Indonesia dalam mengembangkan Peneleh sebagai daerah tujuan wisata yang berbasis sejarah, budaya dan kuliner.

Ajakan ini selaras dengan harapan walikota Eri Cahyadi yang disampaikan pada momen peresmian Rumah Lahir Bung Karno sebagai museum pada 6 Mei 2023 lalu.

 

Jelajah Sejarah Soekarno Arek Suroboyo

Baca Juga  Menelisik Gresik: Diskusi Jurnalistik Asyik di UISI

Pada Minggu, 25 Juni 2023 adalah hari terakhir digelarnya Jelajah Sejarah gratis dalam peringatan Bukan Bung Karno, yang dipandu oleh komunitas Begandring Soerabaia. Selama Bulan Bung Karno pada Juni 2023 ini digelar empat kali Kelompok Berangkat (Klober). Dua kali Klober pada Mnggu, 18 Juni dan dua Klober lagi pada Minggu, 25 Juni 2023.

Kunjungan Subtrack di museum RLBK. Foto: Begandring

Rute dalam jelajah sejarah ini khusus menceritakan tentang tapak tilas riwayat Soekarno di Surabaya. Pertama diawali dari SDN Sulung, yang menceritakan tentang tempat dimana ayahanda Soekarno, R. Soekeni Sosrodihardjo, mengajar. Kemudian rute berikutnya ke rumah Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto di Peneleh VII, yang kini sudah menjadi museum. Di tempat inilah Soekarno pernah indekost ketika Soekarno bersekolah di Hogere Burger school (HBS) Soerabaia di jalan Regentstraat (Kini jalan Kebon Rojo).

Kunjungan ke Tugu Pahlawan tempat dimana simbol simbol Soekarno berada. Foto: Begandring

Kunjungan terakhir adalah Tugu Pahlawan, yang menceritakan tentang kehadiran Soekarno sebagai presiden ketika peletakan batu pertama pembangunan tugu pada 1951 dan ketika peresmian tugu pada 1952. Di Tugu Pahlawan ini Soekarno meninggalkan pesan Soekarno “Jas Marah” (Jangan sekali sekali lupakan sejarah) dan pesan “Beri aku sepuluh pemuda dan niscaya akan kuguncangkan dunia”.

Artefak pertempuran Surabaya. Foto: Begandring

Itulah rute jelajah sejarah yang menapak tilasi riwayat Bung Karno di Surabaya. Selain jelajah sejarah, masih ada kelas sejarah yang diadakan di gedung SDN Sulung, peninggalan dari Hollandsch Inlandsche School (HIS) ketika Raden Soekeni Sosrodihardjo mengajar dari 1897 sampai 1901.

Salah seorang peserta jelajah sejarah dari Klober (Kelompok Berangkat) ke dua pada Minggu, 25 Juni 2023) berharap jelajah sejarah tidak hanya digelar di bulan Juni saja sebagai Bulan Bunga Karno, tetapi bisa dibuka setiap minggu sekali atau dua kali dalam sebulan. Hal senada juga disampaikan oleh kebanyakan peserta dari empat Kelompok Berangkat selama Bulan Bunga Karno ini.

Baca Juga  Ngrumat, Ngramut dan Ngruwat Heritage Surabaya Hingga ke Negeri Kincir Angin. 

“Terima kasih atas masukannya dan ini akan menjadi masukan yang akan kami teruskan ke Pemerintah Kota Surabaya”, terang Kuncarsono dalam menanggapi masukan masukan dari peserta. (nng).

 

 

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *