Sedikitnya, 100 orang mengikuti lomba fotografi yang dibingkai dalam Photo Walk di kawasan Surabaya Kota Lama. Kegiatan yang digelar oleh Pemerintah Kota Surabaya bekerja sama dengan Begandring Surabaya dan didukung FIB Unair ini, dilaksanakan pada Sabtu (27/8/2022).
Tepat pukul 07.00, peserta lomba bergerak bersama menyusuri kawasan Surabaya Kota Lama. Mereka berburu foto yang menjadi rangkaian kegiatan dalam pameran foto bertajuk “Oud Soerabaia” yang akan digelar di Balai Pemuda mulai 3 September mendatang. Hasil jepretan para peserta lomba fotografi ini akan diseleksi. Karya-karya terbaik akan dipamerkan.
Sesuai petunjuk lomba, setiap peserta diminta mengirimkan hasil jepretannya yang akan disandingkan dengan foto lama sebagai perbandingan kondisi objek dulu dan sekarang. Foto-foto Surabaya tempo dulu didapat dari berbagai sumber dokumentasi. Sedangkan foto-foto Surabaya kini diperoleh dari karya-karya peserta.
Kuncarsono Prasetyo, pemandu foto dari Begandring Soerabaia, mengatakan, kegiatan diharapkan mampu menginspirasi munculnya apresiasi dari publik terhadap khazanah kesejarahan kota. Melalui pameran foto, baik oleh para peserta lomba maupun pengunjung pameran, publik akan lebih mengenal sejarah kotanya.
Menurut dia, kegiatan fotografi ini adalah bagian dari upaya bersama yang bersifat edukatif dan komunal dalam pelestarian kawasan cagar budaya.
“Melalui kegiatan ini, kita mencoba melangkah yang tidak hanya mendorong upaya upaya pelestarian, tapi menjadi upaya pengelolaan dan pemanfaatan. Ini juga mendorong selesainya pembahasan Raperda Pengelolaan Cagar Budaya oleh DPRD Kota Surabaya,” jelas Kuncarsono, yang juga pendiri Begandring Soerabaia.
Terlihat Kumuh
Ibarat peribahasa, “Tak Kenal, Maka Tak Sayang”. Sayang dalam hal ini adalah munculnya aksi melindungi, melestarikan, mengelola dan memanfaatkan bangunan cagar budaya dan bersejarah di Kota Surabaya.
Menurut Ketua Begandring Soerabaia Nanang Purwono, memotret Surabaya Kota Lama dari banyak pasang mata dan data adalah upaya bersama dalam menghadirkan jejak masa lalu. Hal itu ditujukan kepada mereka yang masih peduli dalam menjaga nilai dan peradaban Kota Surabaya sebagai bekal pembangunan kota untuk masa depan.
“Sumber-sumber data berupa buku, koleksi foto dari kantor kantor arip baik dari dalam maupun luar negeri dan peninggalan faktual ternyata masih tersisa di Surabaya,” beber jurnalis senior itu.
Dia juga salut dengan antusiasme 100 peserta yang meneropong objek-objek bersejarah melalui lensa kamera masing masing.
“Hasilnya luar biasa. Keluarbiasaan ini tidak hanya karena teknologi kamera yang semakin canggih, tapi juga karena skill masing masing fotografer dalam menyajikan objek melalui seni fotografi,” jabar Nanang.
“Apalagi objek yang mereka bidik berada di lingkungan yang eksotik dan historik. Seperi di kawasan Jembatan Merah yang memiliki pesona heritage,” imbu dia.
Dalam menjelajah kawasan ini, para fotografer dipandu oleh Tim Begandring Soerabaia. Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa memaknai kawasan dan bangunan-bangunan yang bisa dijadikan sebagai objek fotografi. Dengan begitu, setiap peserta dapat menyelami makna objek secara non fisik. Di balik setiap gedung tersimpan makna yang bercerita berjuta kata tentang Kota Surabaya.
Dijelaskan Nanang, di kawasan Kota lama Surabaya (Kampung Eropa) yang luasnya hanya 4 hektar, di eranya sudah menunjukkan segala kelengkapan (infrastruktur dan utilitas) kota, yaitu antara abad 18-19.
Di sana pernah ada Alun-Alun Kota (Willemplein), Gereja (Protestant Kerk), Balai Kota (Stadhuiz), Dermaga (Kade), kantor dagang (Handelskantoor), kantor perbankan (Bank), apotek (Aphotheek), pabrik (Fabriek), hingga perumahan warga Eropa (Europesehuizen).
“Meski zaman telah berganti, ternyata bekas bekas kejayaan masa lalu itu masih ada. Sayang, banyak yang kondisinya merana. Secara fisik, sebagian gedung itu sudah terlihat kumuh dan rawan dialihfungsi hingga dirobohkan.,” cetus Nanang.
“Padahal itu semua menyimpan sejarah peradaban kota yang layak menjadi objek penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pariwisata,” imbuh Nanang.
Rahmad Juliantono, salah seoarang peserta, mengapresiasi kegiatan Photo Walk. Dia berharap kegiatan serupa bisa digelar lagi secara berkala demi tujuan edukasi kepada publik.
“Objek-objek di kawasan Kota Lama memiliki banyak nilai, mulai dari nilai arsitektur, seni dan budaya yang bisa dieksplor melalui seni fotografi. Ini adalah pembelajaran sejarah dan budaya baik bagi penyelenggara maupun bagi masyarakat umum,” tutur dia. (*)