H.P. Berlage dan G.C. Citroen Untuk Surabaya, Apa hubungannya?

HPBerlage dan GC Citroen sama sama arsitek. Berlage mendesign Gedung Singa (De Algemeene Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam, yang berdiri di Jalan Jembatan Merah. Sedangkan Citroen banyak men- design gedung gedung pemerintah, rumah sakit, gereja hingga jembatan. Salah satunya, men- design Jembatan Gubeng.

Berlage (1856-1934) terhitung lebih tua daripada Citroen (1881-1935). Jika Berlage men- design Gedung Singa yang kemudian dibangun pada tahun 1901, maka Citroen men- design Jembatan Gubeng yang kemudian mulai dibangun pada tahun 1923 dan selesai tahun 1924.

Umumnya karya Citroen dibangun pada rentang waktu tahun 1920-an. Balai Kota (Stadhuiz) Surabaya (1923), Rumah Sakit Darmo (1921) dan Gereja GKJW Darmo (1926) adalah sebagian miliknya. Citroen lahir di Belanda pada tahun 1881 dan meninggal di Surabaya pada tahun 1935.

Ketika pemerintah kota sedang sibuk membangun infrastruktur pada tahun 1920-an, tepatnya pada tahun 1923, HP Berlage datang di Surabaya (11-22 Mei 1923). Kedatangan HP Berlage ke Surabaya ini adalah bagian dari perjalanan Berlage ke tanah Hindia (Indonesia) selama 3 bulan lebih (Maret – Juni 1923).

Pembangunan Kota Surabaya pada tahun 1920-an ini adalah bagian dari perluasan wilayah kota yang awalnya didirikan di utara, Benedenstad. Kemudian berkembang ke selatan, Bovenstad. Pemekaran kota ke selatan ini meliputi Ketabang, Gubeng, Simpang, Darmo, Kupang, Sawahan hingga Wonokromo.

Jembatan Gubeng yang didesign GC Citroen setelah ada masukan dari HP Berlage.

 

Pemekaran Kota Surabaya

Benedenstad adalah kawasan kota lama yang berada di bagian utara Surabaya. Sedangkan Bovenstad adalah kota baru sebagai pemekaran wilayah dan bisa disebut sebagai kota elit.

Di kawasan kota baru (elit) ini, infrastrukturnya sangat diperhitungkan sehingga menjadi tempat yang nyaman untuk tinggal, sekolah, istirahat, berobat, berkantor dan bahkan berolah raga. Tidak hanya bangunan, fasilitas jalan dan jembatan juga dirancang dengan baik.

Baca Juga  Kimono Berbahan Ecoprint Asal dan Asli Surabaya

Di akhir tahun 1910-an dan awal tahun 1920-an, banyak perencanaan dan pembangunan kota dibuat. Pada periode ini, dibutuhkan para arsitek berpengalaman yang dapat memberikan masukan demi pembangunan dan pengembangan kota.

Menurut buku Berlage’s Indische Reis bahwa pada masa itu, Berlage, yang telah tersohor sebagai Bapak Arsitektur Moderen, sangat dinanti kedatangannya di Hindia Belanda. Para arsitek muda telah menunggu kehadirannya. Begitu pun Berlage sendiri juga sudah memimpi mimpikan bisa datang ke Hindia Belanda.

Seperti gayung bersambut, apa yang menjadi impian Berlage menjadi kenyataan. Pada tahun 1922, ia diminta untuk memberikan rangkaian kuliah umum untuk Asosiasi Seni di Hindia Belanda. Yang lebih menggembirakan lagi adalah bahwa dia juga menerima upah dari tugas kuliah umum dan sekaligus mendapat tugas untuk proyek pemulihan candi Prambanan.

Tidak hanya itu, ia juga mendapat kabar bahwa Dewan Kota Batavia juga menugaskannya sebagai konsultan untuk rencana pengembangan kota Batavia (Berlage’s Indische Reis).

Pada tahun 1923, Berlage berangkat menuju Hindia Belanda dengan menumpang kapal uap. Ia membutuhkan waktu perjalanan selama 3 minggu. Sesampainya di Hindia Belanda, saya menyaksikan sendiri tanah impian. Ia berkeliling daerah di Jawa, Sumatera dan Bali.

Kota Surabaya adalah salah satu daerah itu, di mana di sana ada satu mahakarya -nya yang telah membuka lembar sejarah araitektur abad 20. Itulah Gedung Singa, yang dibangun pada 1901. Ketika dibangun, Berlage masih di Belanda.

Tanggal 11-22 Mei 1923, ketika ia berada di Surabaya dalam perjalanan Hindia Belandanya, ia tampak tertarik dengan kampung kampung etnik di kota Surabaya seperti Kampung Pecinan dan Kampung Arab, selain Kampung Belanda sendiri tentunya. Karenanya, Berlage bisa menyebut Surabaya sebagai Rotterdam-nya Jawa.

Rotterdam adalah sebuah kotamadya yang terletak di provinsi Holland Selatan. Rotterdam merupakan kota terbesar kedua di Belanda dan dikenal sebagai kota pelabuhan.

Baca Juga  Inilah Jejak Asli Keraton Surabaya

Kanal Kalimas, yang terkoneksi dengan pelabuhan laut Surabaya, menjadi pemandangan sungai yang terdiri dari bagunan bangunan yang indah bagaikan pagar gedung raya. Di pagar inilah karya Berlage tersisipkan dan menjadi bagian dari Waterfront Surabaya.

Di pagar ini pulalah kantor Balai Kota (Stadhuiz) berada. Lokasinya persis di jembatan barat, Roode Brug. Gedung Balai Kota ini berlantai dua. Di kantor inilah seorang walikota, Burgermester Surabaya, berkantor sebelum kantor baru di Ketabang dibangun pada tahun 1923.

Berita Koran Soerabaische Handelsblad yang dikutip Makassar (15 Juni 1923).

 

Pertemuan Berlage dan Citroen

Dalam proses pembangunan Bovenstad Surabaya pada tahun 1920-an, diduga ada pertemuan antara arsitek terkenal (Berlage) dan arsitek pemerintah kota Surabaya (Citroen).

Koran Soerabaische Handelsblad bulan Juni 1923, yang dikutip dari Pemberita Makassar (15 Juni 1923) mengabarkan adanya keputusan Dewan Kota (Gementeraad) untuk merenovasi Jembatan Gubeng setelah mendapat ceramah dr. Berlage ketika ia di Surabaya.

Menurut pandangan Berlage, Jembatan tidak sekadar sarana fisik untuk tujuan perhubungan, tetapi harus mampu menampilkan estetika kota. Apalagi posisi jembatan ada di tikungan sungai, jadi harus nampak keindahannya bila dilihat dari jarak. Demikian kata sumber berita harian Soerabaiasche Handelsblad yang dikutip Pemberita Makassar (15 Juni 1923).

Diduga ceramah dr. Berlage ini bertempat di Stadhuiz (Balai Kota) yang ketika itu (1923) masih berada di kawasan Benedenstad (Kota Lama). Balai Kota ini berdiri di atas satu barisan dengan Gedung Singa yang di- design olehnya.

Sedangkan Balai Kota baru, yang bertempat di Ketabang di Kawasan Kota Atas/Elit (Bovenstad), mulai dibangun pada tahun 1923.

Dalam buku Mijn Indische Reis yang berisi catatan perjalanannya, memang tidak dituliskan kabar kabar tentang kehadirannya di Surabaya untuk melihat kawasan Kampung Eropa dan apalagi memberi ceramah di depan para arsitek muda.

Baca Juga  Surabaya Pernah Punya Keraton, Ini Buktinya!

Tapi dari latar belakang didatangkannya Berlage ke Hindia Belanda karena memang diundang untuk memberi ceramah di Asosiasi Seni Hindia Belanda.

Bukti lain bahwa Berlage juga berkunjung ke Kampung Eropa karena dalam buku Berlage’s Indische Reis, ia mengatakan bahwa Surabaya adalah Rotterdam-nya Jawa. Tentu dalam pengamatan lapangan itu, ia membandingkan kawasan Kota Lama (Eropa) Surabaya dengan kota di Belanda.

Menurut Berlage, Surabaya mirip Rotterdam. Apalagi di belakang Balai Kota (Stadhuiz) Surabaya terdapat kantor Internationale Credit en Handelsvereeniging Rotterdam. (*)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *