Benar-benar menggugah nostalgia. Begitulah yang dirasakan usai menyaksikan Dewa 19 menghentak di Konser Rakyat 30 Tahun Berkarya di Jakarta International Stadium (JIS), Sabtu (3/2/2023) malam.
Setelah sempat tertunda, Dewa 19 akhirnya bisa tampil menghibur, sekaligus mengobati kerinduan baladewa yang datang dari berbagai penjuru di Tanah Air.
Konser musik Dewa 19 ini bisa dibilang megah nan indah. Dihadiri lebih dari 75 ribu penonton. Berlangsung 4 jam lebih. Saya boleh menyebut, sepanjang sejarah, inilah konser musik yang paling banyak didatangi penonton di Indonesia.
Dewa 19 juga juga bisa membuktikan jika konser grup band Indonesia tak kalah dengan konser-konser musik grup-grup luar negeri. Yang bisa menyuguhkan pertunjukan musik yang apik dan spektakuler.
Konser Dewa 19 juga menampilkan penataan panggung yang mewah dan bisa menciptakan ambience untuk benar-benar dinikmati para penontonnya.
Seperti yang terlihat di panggung, adanya layar lebar digital yang berganti-ganti gambar personel Dewa. Ahmad Dhani, Andra Ramadhan, Yuke Semeru, Ari Lasso, Once, Virzha, dan Ello.
Juga adanya potongan video klip Dewa 19 mulai dari album pertama. Setiap pergantian klip tersebut selalu mengundang sorak-sorai penonton yang mengabadikan momen itu dengan smartphone-nya.
Saya juga surprise melihat gimmick yang ditampilkan sebelum Dewa 19 naik di atas panggung. Sebuah instrumentalia yang sangat memorable diputar. Lagu yang sangat manis dan outstanding dari grup band legendaris, Queen. Ya, lagu Bohemian Rhapsody.
Instrumen tersebut dibuka dengan alunan piano yang terdengar agak lambat. Lamat-lamat kemudian naik, dan mulai berasa magis menyanyat.
Mendengar itu, para penonton tanpa dikomando langsung kompak bernyanyi, seperti koor panjang di tengah lapangan bola.
Mamaaa/just killed a man/put a gun against his head/pulled my trigger/Now he’s dead
Mamaaa, life had just begun/But now I’ve gone and thrown it all away
Mama, oooh/Didn’t mean to make you cry/If I’m not back again this time tomorrow
Carry on, carry on as if nothing really matters
Para baladewa pasti sadar jika Ahmad Dhani, sang kreator, memang mengidolakan Queen. banyak lagu-lagunya terinspirasi dengan band asal Inggris tersebut.
Meski pun Dhani mengaku kalau kemunculan Dewa 19 tak lepas dari influence dua band asal Indonesia yang lebih dulu hits, yaitu Kla Project dan Slank.
***
Kegembiraan melihat Konser Dewa 19 ini arti persahabatan. Hal itu bisa dirasakan dengan tampilnya para personel yang sudah lama hengkang. Kalau Once, Ari Lasso, Tyo Nugros, meski sudah lama keluar, tapi masih sering satu session alias main bareng Dewa 19.
Tapi yang ini ada nama-nama yang mungkin publik kurang banyak mendengar. Mereka ini juga punya andil besar atas kesuksesan Dewa 19 yang kini menjadi band termahal di Indonesia.
Ada nama Wawan Juniarso. Dialah drummer pertama sekaligus salah satu pendiri Dewa 19. Dulu, Wawan satu sekolah dengan Ahmad Dhani dan Ari Lasso di SMA Negeri 2 Surabaya. Sebelum tenar, studio milik Wawan kerap dipakai latihan para personel Dewa 19.
Wawan hengkang ketika popularitas Dewa 19 mulai naik. Kepergian di Dewa 19 pernah ia sesali lantaran waktu itu dia masih muda, belum matang dalam berpikir dan bertindak. Dan, ketika Dewa 19 menjadi band besar, nama Wawan Juniarso malah meredup.
Ada lagi Rere Reza. Karib disapa Rere Grassrock. Era 90-an, nama Rere sangat dikenal di kalangan pecinta Rock. Bersama Grassrock, dia beberapa kali mendapatkan penghargaan di Festival Rock Indonesia besutan Log Zhelebour.
Setelah Grassrock vakum, Rere malang melintang menjadi additional drummer. Selain di Dewa 19, dia juga pernah membantu Iwan Fals, Nicky Astria, Yovie & Nuno, Ada Band, dan Blockout.
Satu lagu, Sri Aksana Sjuman alias Wong Aksan. Dia anak sutradara tenar, Sjuman Djaya. Seorang musisi dan penata musik untuk film-film Indonesia.
Meski hanya mengisi satu album, namun Wong Aksan memberi warna tersendiri bagi warna dam musikalisasi Dewa 19, terutama di album Pandawa Lima, tahun 1997.
Saya tentu harus angkat topi dengan keputusan Dewa 19 menghadirkan para mantan punggawanya di JIS untuk sebuah konser musik yang super mewah tersebut. Keputusan yang menurut saya sangat dewasa dan bijaksana.
Keputusan tersebut memberi pelajaran penting bagi semua grup band. Di mana dalam perjalanan karir tentu akan menghadapi masalah. Bukan cuma soal persepsi dan orientasi bermusik, tapi juga urusan pendapatan dan kepentingan lainnya.
Kita tentu bisa mencatat, berapa banyak band di Indonesia ujungnya bubar karena tidak menemukan titik temu dalam menyelesaikan masalahnya.
Sama dengan band lainnya, Dewa 19 pernah mengalami masa-masa berat. Keluarnya personel, terlebih dua vokalisnya, sangat berpengaruh terhadap bandnya. Karena Dewa 19 harus merekrut personel baru yang tidak bisa langsung tune in karena masih butuh waktu beradaptasi.
Karenanya, kalau kemudian Dewa 19 bisa bertahan selama tiga dekade, tentu merupakan prestasi tersendiri. Karena merawat kebersamaan dalam sebuah band memang bukan perkara gampang.
Dulu, ketika saya masih terlibat di event organizer, Bartje van Houten dan Sam D’lloyd pernah bilang, kalau D’lloyd memang terbilang band yang awet.
Lalu, apa resep? Ternyata sederhana. Mereka bilang, semua personel D’lloyd tidak pernah meletakkan masalah uang sebagai urusan yang utama dalam bermusik. .
Mereka rupanya sadar, jika persahabatan dan kebersamaan lebih utama. Uang bisa dicari, tapi persahabatan bila pecah seperti gelas kaca yang bakal sulit disatukan kembali.
***
Empat vokalis dan lima drummer. Begitulah yang acap kali dipromosikan di channel Youtube, Ahmad Dhanni Dalam Berita, sebelum Konser Dewa 19 digelar di JIS.
Keempat vokalis itu, Ari Lasso, Once, Ello, dan Virzha. Sedangkan kelima drummer-nya adalah Wawan Juniarso, Rere, Wong Aksan, Tyo Nugros, dan Agung Gimbal.
Bagi Dewa 19, bermain di konser musik yang megah ini bukan urusan karir, ketenaran, dan uang saja. Momen ini adalah kebahagiaan yang harus dibagi dan dirasakan buat mereka yang telah ikut menorehkan sejarah bagi kemajuan grup band asal Surabaya tersebut.
Kahadiran para penggawa lama Dewa 19 memberikan arti besar, jika tidaklah elok memelihara amarah dan syak wasangka. Tidaklah bijak memendam kisah-kisah lama yang menyakitkan. Karena masa lalu tidak tidak boleh membunuh masa depan. Masa lalu adalah bagian yang menjadi catatan sejarah dan pelajaran.
Pesan penting tentang arti persahabatan itu agaknya perlu diinsyafi, khususnya bagi para pemimpin dan tokoh masyarakat yang hadir dalam konser tersebut.
Mereka memang harus berkompetisi dalam merebut kekuasaan. Tapi ada kalanya, mereka juga harus bisa duduk bersama, berdialog, dan bercengkerama bersama sambil menikmati musik atau minum kopi.
Cerita Konser Dewa 19 ini, sekali lagi, membuktikan jika musik bukan hanya sekadar urusan hiburan. Musik bisa perekat dan media komunikasi yang efektif.
Karena itulah, saya sedih dan mengelus dada, jika masih ada pihak-pihak yang melarang konser musik dengan alasan keamanan dan takut akan keributan. (*)
*) Agus Wahyudi, jurnalis senior dan penikmat musik