Lihat Proses Penjernihan dan Cicipi Air Minum Langsung dari Kran di IPAM Ngegel

Surabaya Urban Track (Subtrack), Minggu (19/3/2023), berkunjung ke Instalasi pertama yang dibangun pada zaman Belanda,  tahun 1922, IPAM Ngagel. Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) ini menjadi spot terakhir, setelah Pintu Air Jagir dan Stasiun Wonokromo.

Jajaran direksi dan staf PDAM Surya Sembada menyambut hangat kedatangan 50 orang yang mengikuti jelajah sejarah tersebut.

Binurwati Fitri, Manajer Tata Usaha dan Humas PDAM Surya Sembada, sangat bergembira bisa bekerja sama dengan Begandring Soerabaia dalam upaya menggali sejarah perusahaan air minum yang diawali oleh Belanda dengan nama Gemente Waterleiding pada awal abad 20.

Lihat Proses Penjernihan dan Cicipi Air Minum Langsung dari Kran di IPAM Ngegel
Peserta Subtrack di IPAM Ngagel. foto: zaki begandring

“Kami siap terus bekerja sama dalam menguri-uri sejarah perusahaan. Kami juga ada aset di Jalan Basuki Rahmad yang menyimpan sejarah Waterleiding. Kehadiran perusahaan air di era kolonial ini sebetulnya menunjukkan sudah adanya kesadaran akan air bersih dan sanitasi,” jelas Fitri.

Sejarah masa lalu ini ternyata masih relevan dengan hari ini. Di mana dalam peringatan Hari Air Dunia 2023, tema yang diusung adalah mempercepat perubahan untuk mengatasi krisis air dan sanitasi.

Karena manfaat air sangat besar bagi manusia maka mereka harus mengambil tindakan. Kegiatan Subtrack adalah salah satu tindakan di mana melalui jelajah sejarah ini para peserta diperkenalkan bagaimana mengelola air dan peduli dengan air.

Lihat Proses Penjernihan dan Cicipi Air Minum Langsung dari Kran di IPAM Ngegel
foto: zaki begandring

Di lingkungan IPAM Ngagel, mereka diajak keliling lingkungan IPAM, temasuk melihat infrastruktur yang menjadi akses kuno jalur pengambilan air sebagai bahan baku pengolahan. Juga mereka melihat dari dekat tandon tandon pengolahan air sehingga menjadi air siap konsumsi untuk kebutuhan sehari hari.

Untuk memperkuat pemahaman peserta dalam belajar pengolahan air dari bahan baku menjadi siap konsumsi, dibukalah Kelas Sejarah.

Baca Juga  Jelajah Jalur Rempah, Belajar Keberagaman

Dalam kelas ini dipresentasikan dan sekaligus diperagakan bagaimana air yang keruh dalam sekejap bisa berubah menjadi air yang jernih.

“Ini bukan sulapan, tapi kenyataan. Melalui proses teknologi yang bisa mengubah air keruh menjadi jernih,” jelas Agung Widyanjaya, pegiat sejarah dari Angkringan Pendopo Sidoarjo, yang ahli kimia jebolan ITS Surabaya.

Lihat Proses Penjernihan dan Cicipi Air Minum Langsung dari Kran di IPAM Ngegel
Mencicipi air minum langsung dari kran. foto: begandring

Agung yang bersama Subtrack memang mengamati sejarah Pengolahan Air sejak era Hindia Belanda hingga sekarang. Ia mengamati dari proses yang masih sederhana di era kolonial hingga yang modern di era sekarang.

Ia pun membawa alat penjernihan air miliknya yang biasa dipakai di laboratorium. Dengan menggunakan alat itu, Agung bisa berbagai pengetahuan dengan semua peserta Subtrack.

Melalui proses kimiawi yang ia peragakan membuat peserta yakin akan kualitas air hasil olahan bagi manusia. Dengan menggunakan bahan dan proses kimia yang disebut tawas dan klorin, maka kotoran (suspendid solid) dan bakteri dalam air bisa hilang.

“Contoh paling praktis adalah ketika saya akan berenang di kolam renang. Sebelum berenang, saya akan ambil airnya dan saya bau. Kalau berbau tawas dan klorin, maka air ini aman meskipun ada orang yang kencing di dalam kolam,” jelas Agung.

Lihat Proses Penjernihan dan Cicipi Air Minum Langsung dari Kran di IPAM Ngegel
foto: zaki begandring

Setelah Kelas Sejarah usai, peserta diajak menuju ke Zona Air Minum Prima (ZAMP) yang memproduksi air siap minum. Dari kran yang ada air siap diminum dan ini langsung dibuktikan oleh peserta yang langsung menenggak air yang diproduksi dari teknologi asal Korea.

Rasa dahaga di tengah panas yang menyengat langsung memberi kesegaran alami dari hasil proses produksi di IPAM Ngagel. Untuk sementara air siap minum ini masih menjangkau kawasan sekitar IPAM Ngagel.

Baca Juga  Pengalaman Seru Menelusuri Jalur Rempah

Agus Wahyudi, warga Surabaya yang mengikuti Subtrack ini, berharap agar air siap minum ini bisa menjangkau kawasan yang lebih luas di Surabaya. “Sayang sekali kalau hanya menjangkau satu RW saja,” tutur dia. (nanang purwono)

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *