Kelurahan Peneleh di Kota Surabaya secara alamiah dan geografis dibatasi oleh sungai. Di batas Selatan dan Barat ada sungai Kalimas. Di batas timur ada Kali Pegirian, dan di batas Utara pernah ada kanal yang menghubungkan Kalimas dan Kali Pegirian yang sekarang menjadi Jalan Jagalan.
Peneleh sudah tercatat di era Kerajaan Majapahit. Ini terbukti secara faktual dengan penemuan Sumur Jobong di Kampung Pandean I yang sudah ada pada 1430.
Di kawasan ini juga masih ada makam makam kuno, yang memiliki sifat kebangsawanan dan keningratan. Selain ada nisan kubur dengan inskripsi Raden Ayu Putri, juga ada kubur kubur panjang yang menggambarkan sifat-sifat baik orang semasa hidupnya.
Lingkungan Peneleh diduga kuat adalah tempat peradaban permukiman awal Surabaya, termasuk sistem pengelolaan dan administrasi permukiman.
Ringkasnya di Peneleh pernah ada pemimpinnya. Seorang pemimpin yang menata masyarakat baik secara administratif maupun secara kultural.
Ada beberapa kampung yang sekarang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya.
Di tengah tengah kawasan ada Kampung Grogol. Di Barat Kampung Grogol ada Kampung Pandean dan Lawang Seketeng. Di Selatan Grogol ada Kampung Peneleh dan Plampitan. Di Timur ada Undaan dan Klimbungan. Di utara ada kampung Jagalan.
Melihat posisi yang berada di antara perkampungan, kiranya Kampung Grogol memiliki peranan penting pada eranya. Posisinya seolah dikawal dan dibentengi secara berlapis.
Lapis pertama adalah perkampungan dan lapis terluar adalah sungai sebagai benteng alamiah. Apalagi nama Grogol memiliki arti sebuah tempat pengintaian atau perbentengan.
Grogol adalah tempat mengintai atau berjaga atas kemungkinan bahaya yang mengancam, baik itu bahaya binatang buas maupun bahaya serangan musuh.
Lantas, ada apa di Kampung Grogol? Ternyata di sana, di tengah kampung ada Grogol Kauman.
Bertolak dari nama Kauman, sebagaimana yang didapati di kota kota lain yang bersifat klasik, seperti Jogjakarta, Surakarta, Bangil, Malang, Blitar bahwa nama Kauman adalah nama kampung yang menjadi bagian dalam struktur tata ruang Jawa klasik.
Kauman selalu berada di barat dari masjid besar. Di timur masjid terdapat alun alun dan di timur alun-alun ada kantor Kabupaten atau setingkat negara Kerajaan disebut kraton.
Posisi Grogol Kauman ini persis di pusaran kawasan Peneleh. Di kampung Grogol ini terdapat dua makam panjang. Satu di Grogol Gang III dimana terdapat makam panjang Mbah Cokro.
Kemudian lainnya terdapat di Grogol Kauman Gang II. Makam, yang berukuran panjang secara umum diyakini makam seorang pembesar yang memiliki jasa jasa baik bagi lingkungan dan sesama di masa hidupnya. Panjangnya makam menjadi simbol jasa jasa baiknya semasa hidup.
Selain makam panjang di sekitar ini juga terdapat makam dengan batu nisan bertulis Den (Raden) Ayu Putri. Raden adalah gelar kebangsawanan (keningratan) bagi seorang perempuan yang dinikahi oleh pejabat tinggi setingkat raja atau keturunan raja ke dua hingga ke tujuh.
Bukan tidak mungkin Den Ayu Putri, yang makamnya ada di Grogol ini, adalah istri dari seorang pimpinan setempat, “raja” di eranya, yang menata dan mengatur wilayah permukiman Peneleh waktu itu.
Tidak diketahui siapa namanya. Tapi diyakini bahwa di Peneleh pada era klasik sudah ada pemimpin yang berkuasa.
Perlu diketahui bahwa Peneleh yang secara alami berada di tepian sungai besar dan penting kala itu, yaitu sungai Kalimas, adalah sebuah naditira pradeca (desa di tepian Sungai).
Peneleh adalah permukiman di tepian sungai di bagian paling hilir dari sungai Brantas (Kalimas). Ada pun nama Curabhaya (Surabaya) sebagaimana tersebut pada prasasti Canggu 1358 berada di bagian paling hilir setelah desa Bungkul (Bkul).
Diduga bahwa Desa Peneleh itu adalah Desa Curabhaya karena keberadaan alami mengacu pada satu titik alami yang sama.
Di era Majapahit, Sungai Kalimas yang bermuara di selat Madura adalah pintu gerbang Kerajaan Majapahit.
Salah satu gugus armada Kerajaan Majapahit di bawah komando Laksamana Nala bertugas di perairan laut Jawa. Tugas utamanya adalah menjaga alur sungai Brantas yang menghubungkan kota raja Majapahit dengan perairan melalui Kalimas.
Tugasnya juga menjaga keamanan laut mulai laut Jawa hingga ke kepulauan rempah rempah. Di sana dalam alur itu, Surabaya adalah gerbangnya. Diduga, Surabaya adalah Peneleh.
Di pusat Peneleh inilah Kampung Grogol Kauman berada. Diibaratkan dengan anatomi tubuh manusia, maka jantung manusia berada di tengah tengah bagian dada. Anatomi jantung terlindungi oleh organ organ tubuh lainnya.
Pun demikian dengan Grogol Kauman sebagai organ anatomi lingkungan perkampungan, keberadaannya terlindungi oleh organ-organ kampung di sekelilingnya dan juga terdapat sungai yang mengelilingi sebagai benteng alami. (nanang purwono)