Begandring.com: Surabaya (3/8/23) – Kota Surabaya yang berasal dari nama yang bersumber Prasast Canggu atau Trowulan I, Curabhsya, adalah kota besar dengan luasan sekitar 335 km persegi.. Jauh lebih luas dibanding dengan ketika kota ini masih berupa desa di tepian sungai (naditira pradeca) sebagaimana tertulis pada prasasti Canggu.
Ternyata selain nama Surabaya, nama kuno, ada nama nama lain di kota ini yang masih eksis hingga sekarang. Nama nama itu tertu bersumber pada prasasti. Misalnya dari
Prasasti Kancana atau Bungur Lor yang berangka tahun 782 Saka (860 M), ditinulad masa Majapahit dengan angka tahun 1289 Saka (1367 M). Tamra prasasti (lempeng) ini ditemukan di Gedangan, Sidoarjo.
Prasasti Kancana menyebut beberapa toponimi nama desa yang kini diidentifikasi dengan nama Gesang, Pacekan dan Wurungkud. Gesang (Gsang) kini menjadi nama Pagesangan, yang secara administrasi w masuk wilayah Kecamatan Jambangan, Surabaya.
Sementara nama Gsang atau Gesang tersebut dalam Prasasti Canggu / Trawulan I berangka tahun 1280 Saka (1358 M), juga tersebut dalam Prasasti Selamandi yang berangka tahun 1316 Saka (1394 M), dan Prasasti Patapan II yang berangka tahun 1340 Saka (1394 M).
Ada satu lagi nama kuno yang tersebut dan pernah ada di kota Surabaya. Yaitu Pacekan.
Pada peta 1892, nama Pacekan pernah tertulis dan letaknya yang terletak di daerah Jagir, Wonokromo. Kini nama Pacekan hilang menjadi dan di lokasi itu terdapat nama Kampung Lumumba, secara administrasi wilayah masuk Kelurahan Ngagel, Surabaya.
Satu lagi nama kuno yang jarang disentuh dalam pembicaraan. Yaitu Wurungkud. Kini kita mengenalnya dengan nama Rungkud. , yang secara administratif sebagai sebuah kecamatan di Surabaya. Pada peta peta lama tertulis Roengkoed.
Dari tiga nama kuno: Pagesangan, Pacekan dan Rungkud yang sudah diketahui pada abad 9 (masa Kerajaan Medang) hingga abad 14 (masa Kerajaan Majapahit) adalah nama nama kuno. Kini seperti apa? (Tpe)