Telusuri Prasasti Berangka-tahun 860 M, Begandring Soerabaia Bantu Kelurahan Pagesangan Tetapkan Hari Jadi

Begandring.com-Dari prasasti Bungur Lor, yang tersimpan di Belanda, diketahui Pagesangan adalah peradaban yang sudah ada sejak 860 masehi

 Fakta itu dijelaskan oleh TP Wijoyo, pegiat Komunitas Begandring Soerabaia, dalam acara Penetapan Hari Jadi Kampung Pagesangan dan Kampung Budaya yang diadakan di Balai Kelurahan Pagesangan (18/11). Proses penelusuran sejarah hari jadi Kampung Pagesangan merupakan hasil kolaborasi warga Pagesangan dengan Begandring Soerabaia.

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan TP Wijoyo, tercatat nama sebuah desa kuno bernama “Gesang” dalam lima prasasti, mulai dari era Medang (Prasasti Bungur Lor), Kahuripan (Prasasti Kakurugan) dan Majapahit (Prasasti Canggu, Selamandi, dan Patapan II).

“Penyebutan desa Gesang dalam lima prasasti dari lima masa yang berbeda adalah unik. Sering satu tempat hanya ada di satu atau dua prasasti saja,” tutur pria yang menekuni sejarah klasik ini mantap.

Dari lima prasasti tersebut, prasasti tertua adalah Prasasti Bungur Lor atau Prasasti Kancana dengan angka tahun Hindu, 782 Saka, yang jika dikonversi ke masehi menjadi 860 M. Prasasti yang dikeluarkan Raja Medang, Rakai Kayuwangi ini disalin di era Majapahit dan salinan sebanyak empat belas lempeng tembaga tersebut kini tersimpan di Rijksmuseum Voor Volkenkunde, Leiden, Belanda.

“Prasasti ini berisi tentang penganugerahan tanah perdikan untuk desa Bungur Lor, agar digunakan untuk sebuah bangunan suci bernama Kancana,” jelas TP Wijoyo.

TP Wijoyo memaparkan isi prasasti-prasasti sebagai pertimbangan penentuan Hari Jadi Pagesangan. Foto: Begandring.com

Dalam proses upacara penganugerahan tanah perdikan tersebut, diundang pula tokoh-tokoh dari desa-desa sekitar Bungur Lor, yang salah satunya adalah desa iGesang. Disebutkan bahwa tokoh desa yang mewakili desa Gesang bernama “buyut Karwabanu winkas si Sega-Lalab.”

Baca Juga  Sudah Benarkah Tanggal Hari Jadi Kota Surabaya?

Salah satu kalimat dalam prasasti ini menyebutkan angka tanggal, bulan dan tahun dalam hitungan Saka. Keterangan tahun hanya ada angka “cakawarsatita 782”, sedangkan sisanya adalah kata-kata bermakna, yang harus dikonversi ke penanggalan Masehi. TP Wijoyo kembali berdiskusi dengan ahli sejarah, kali ini ahli penanggalan Jawa Kuno.”Jika penanggalan ini dikonversi ke tahun Masehi, jatuhnya pada 31 Oktober 860 M,” terang TP Wijoyo. Setelah diadakan rapat antara Begandring Soerabaia dengan perangkat serta tokoh masyarakat Kelurahan Pagesangan, maka disepakati tanggal lahir Pagesangan jatuh pada tanggal tersebut, yakni 31 Oktober.

Kontribusi Begandring Soerabaia dalam Penetapan Hari Jadi Pagesangan mendapat apresiasi dari Irvan Wahyudi, Staf Ahli Walikota Surabaya Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan, mewakili Walikota Surabaya Eri Cahyadi yang saat itu berhalangan hadir.

“Ini adalah upaya yang bagus dari Komunitas Begandring. Luar biasa. Saya pikir ini tidak hanya di Pagesangan, tapi di tiap kelurahan kalau bisa punya acara seperti ini, akan sangat bagus,” ujar Irvan.

Apresiasi juga datang dari warga Pagesangan sendiri. “Saya harap dengan penetapan hari jadi ini, ada perhatian dari pemerintah kota terhadap Kelurahan Pagesangan, masyarakat pun tahu sejarah kampungnya,” ujar Marsel, siswa SMK yang tinggal tak jauh dari kantor kelurahan.

Hal senada juga diutarakan oleh Kevin, anggota Karang Taruna Pagesangan, “Kami mengharapkan adanya kemajuan dari masyarakat, ada kegiatan-kegiatan positif dari warga, agar kampung jadi hidup.”

Kelurahan Pagesangan menjadi salah satu kelurahan dalam administrasi Pemerintah Kota Surabaya yang terletak di bagian paling selatan dan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo. Berada di tepian Sungai Brantas, Pagesangan adalah satu dari banyak desa-desa yang terdapat di sungai yang vital bagi transportasi dan pengairan di masa klasik hingga kolonial.

Baca Juga  Desa Desa Kuno di Surabaya Kini Dimana?

Kini, kondisi Pagesangan telah banyak berubah, perahu-perahu yang dulu lalu-lalang membawa komoditi dari pelabuhan di utara ke wilayah pedalaman tak lagi ada. Di masa modern, bahkan Kelurahan Pagesangan baru masuk wilayah Kotamadya Surabaya pada tahun 1976. Meski demikian, masyarakat Pagesangan tak patah semangat untuk menelusuri jejak sejarah kampungnya.

TP Wijoyo dan anggota Komunitas Begandring berfoto bersama pimpinan Pemerintah Kota, LPMK, dan Veteran, di Penetapan Hari Jadi Pagesangan. Foto: Begandring.com

 

Surabaya (nyaris) ada Serangan Oemoem

Dalam nuansa Hari Pahlawan, Penetapan Hari Jadi dan Kampung Budaya Pagesangan juga menampilkan pegiat Komunitas Begandring Soerabaia, Achmad Zaki Yamani. Pria yang akrab dipanggil Zaki ini menjelaskan kisah-kisah kepahlawanan yang terjadi Surabaya, terutama di daerah-daerah yang berbatasan dengan kabupaten/kota lain.  Pagesangan adalah salah satu wilayah yang terdampak ketika fase Perang Kemerdekaan di Jawa Timur mulai bergeser ke pinggiran Surabaya.

Achmad Zaki memulai presentasi dengan cerita singkat Pertempuran Surabaya, yang berakhir dengan pengunduran diri seluruh pasukan Republik Indonesia ke lingkar luar kota Surabaya pada akhir November hingga Desember 1945. Posisi pasukan Republik Indonesia yang bertahan mengelilingi batas kota Surabaya pun sebenarnya cukup mumpuni dari jumlah personel.

“Intelijen Belanda sempat mencatat, pihak pejuang memiliki 44.000 orang yang menduduki wilayah luar Surabaya, termasuk di Gresik dan Sidoarjo.” kata Achmad Zaki.

Bulan Agustus 1946, komandan Komando Pertahanan Surabaya, mempersiapkan Serangan Oemoem Surabaja (SOS) yang direncanakan terlaksana pada Desember 1946. “Kolonel Sungkono memerintahkan pasukan pimpinan Mayor Darmosoegondo melakukan pengintaian,sabotase dan pengumpulan informasi,” lanjut Achmad Zaki. Menurut Zaki, kedudukan pasukan Mayor Darmosoegondo berada di kawasan Made, Surabaya Barat.

Achmad Zaki Yamani ceritakan Perang 10 November 1945 di acara Penetapan Hari Jadi Pagesangan. Foto: Begandring.com

Sialnya, ada seorang tokoh yang berpidato di radio, yang salah satu kata-katanya menyebut “Lebaran nanti kita akan sholat Ied di Ngampel”. Siaran radio ini tentu memberi peringatan bagi Belanda, yang kemudian melakukan penangkapan besar-besaran pada banyak orang yang dicurigai infiltran atau mata-mata pejuang Indonesia. Bahkan Mayor Darmosoegondo pun nyaris tertangkap Belanda, meski akhirnya lolos. Serangan Oemoem Surabaja pun akhirnya gagal.

Baca Juga  Mengoreksi Hari Jadi Kota Surabaya, Mengapa Tidak?

Secara umum, Penetapan Hari Jadi dan Kampung Budaya Pagesangan berjalan lancar dan berkesan. Dibuka dengan penampilan Joe Fendy, yang menembangkan mocopat dengan dandanggula tentang Surat Al-Fatihah. Penembang dengan gagrak (gaya) Mataraman Kraton Yogyakarta ini menembangkan tujuh bait yang didasarkan pada tujuh ayat pada surat Al-Fatihah. Acara ini dihadiri jajaran Pemerintah Kota Surabaya, LPMK, dan Karang Taruna Pagesangan. Berbagai seni tradisi seperti macapat, pentas ludruk oleh Kelompok Ludruk Warna Budaya Pagesangan berkolaborasi dengan SMK 12 Surabaya, bazar malam, hingga ceramah budaya oleh Begandring Soerabaia, meramaikan gelaran tersebut.(*)

 

*Kontributor: M. Firman

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Bikin Replika Prasasti Kancana, Hari Jadi Pagesangan Resmi 31 Oktober - Begandring
3 months ago

[…] menggelar acara Jagong Budaya penetapan “Hari Jadi Pagesangan” yang diadakan di Pendopo Kelurahan Pagesangan pada 18 November 2023 lalu, warga dan tokoh masyarakat Pagesangan sepakat menggunakan “Prasasti Kancana” yang […]

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x