Senang dan bangga bisa mengunjungi bekas Istana Oei Tiong Ham (1866-1924) di Jalan Undaan, Surabaya. Satu-satunya hunian pribadi terluas dan termewah di Surabaya hingga hari ini. Mengalahkan luas dan mewahnya Grahadi. Bekas Istana Gubernur Jawa Bagian Timur.
Oei Tiong Ham adalah legenda orang terkaya se-Asia awal abad 20. Dia tajir melintir berkat bisnis gula yang manis sejak akhir abad 19 dan awal abad 20. Taipan ini memiliki puluhan pabrik gula di Jawa.
Melalui firma usaha Oei Tiong Ham Concern, dia memulai bisnis candu dari Semarang. Kemudian membeli pabrik-pabrik gula milik Belanda. Produksi gula di Hindia berjaya masa itu, bahkan menjadi produsen gula terbesar di dunia. Karenanya dia dijuluki Raja Gula dari Hindia.
Istana ini menepati area seluas lebih 3 hektare. Menghadap Sungai Pengirian yang luas. Desainnya simetris. Halamannya seluas lapangan sepak bola. Bangunan induknya di tengah, berpilar-pilar gaya neo klasik. Diapit paviliun memanjang membentuk huruf U.
Ada enam kamar utama di bagian gedung utama. Ada puluhan kamar di paviliun. Paviliun lazimnya untuk area servis. Untuk dapur, kamar mandi dan tempat tìnggal puluhan pembantunya.
Istana ini berlantai dua, ubinnya dari marmer. Di lantai atas bisa melihat taman depan yang luas itu dan lalu lalang perahu. tangga akesnya ada di dua sayap. Eksotis.
Bagian belakang rumah induk terdapat teras. Di sini bisa melihat pekarangan belakang yang luasnya tiga kali halamanya. Bayangkan betapa luasnya.
***
Sejarah Istana ini lebih panjang dari Sejarah Oei Tiong Ham. Istana ini sebenarnya dibangun pengusaha perkebunan era tanam paksa, Gerald Joachuim Eschauzier. Raja gula periode sebelum Oei Tiong Ham.
Di buku Oud Soerabaia karya GH Von Faber. Eschauzier, membangun Istana ini pada 1878. Istana yang diklaim paling mewah di Hindia Belanda. Dia mengundang arsitek khusus dari Belanda. Prof. E Gugel, Guru besar Universitas Delf Belanda.
Eschauzier meninggal 1907. Catatan pengadilkan menyebut 12 Desember 1908 rumah ini dibeli Oei Tiong Ham senilai 12.000 gulden. Oei juga membeli hampir semua pabrik gula milik Eschauzier.
Sejak saat itulah, Oei menjadi raja gula baru. Jauh lebih tajir dibanding Eschauzier. Oei tinggal di istana ini jika meninjau ke pabrik-pabrik gulanya di Jawa Timur. Oei sendiri punya istana yang tidak kalah luas di derah Gergaji Semarang.
Istana Oei di Surabaya ini hanya salah satu asetnya. Oei punya banyak properti, pabrik Gula di Krebet Malang, Rejo Agung Madiun, Ponen Jombang, Tanggulangin Sidoarjo, gudang-gudang besar di Kalimas Barat dan Timur, Bangunan kantor di Jl Karet. Belum lagi aset yang tidak kalah besar di Semarang, Batavia, Bangkok, Singapura, Calcuta, Hongkong, Shanghai, London.
Oei juga punya banyak istri. Jumlahnya delapan. Tidak jelas dengan isteri nomor berapa Oei tinggal di istana ini.
Gurita bisnis Hoei ini tragis di akhir hayatnya. Paska kematiannya di Singapura 1924, resesi dunia menghantam, keturunannya tidak sanggup mengelola. Satu persatu hilang. Sampai dikuasai negara dengan nasionalisasi 1964.
Istana ini hanya sebagian yang tersisa dari kemewahan itu. Jadi gedung PT Rajawali I RNI Grup. BUMN Pemilik pabrik Gula eks Oei Tiong Ham. Separuh lahan istana ini jadi sekolahan, seperempat lahannya jadi rumah-rumah dinas PT RNI. (*)