Soekarno dan HBS Soerabaia

Soekarno alias Bung Karno adalah sosok presiden yang kharismatik. Ia adalah presiden pertama Republik Indonesia yang disegani dunia. Sulit rasanya dipungkiri bahwa sampai sekarang belum ada pemimpin Indonesia yang kharisma kepemimpinannya, menyamai Bung Karno.

Kharisma Bung Karno pantas disejajarkan dengan pemimpin-pemimpin kaliber dunia, seperti Fidel Castro, Nelson Mandela, JF. Kennedy, Mao Tse Tung, Gamal Abdul Naseer, dan Jawaharlal Nehru.

Soekarno di negerinya masih dan tetap menjadi kebanggaan. Soekarno milik bangsa Indonesia. Soekarno bukan hanya milik salah satu golongan atau pun partai politik. Pemikiran-pemikiran Soekarno bersifat universal. Siapa pun dan di mana pun mereka bisa memahami dan menerima pemikirannya.

Salah satu di antaranya konsep Pancasila. Di mana nilai-nilai yang terkandung di dalamnya boleh dikatakan dapat diterima dimana-mana. Mendunia.

Tak heran ketika Soekarno berpidato di depan Sidang Umum PBB pada 1960, sambutan para delegasi dunia sangat luar biasa. Mereka bahkan memberi standing appluse (tepuk tangan sambil berdiri) sebagai rasa hormat kepada Soekarno.

Isi pidato Soekarno adalah tentang Pancasila. Dari pidatonya itu, membantu membuka mata dunia mengenai isu antikolonialisme dan antiimperialisme. Pidato Soekarnoi tersebut disebut sebagai salah satu pidato terbaik di dunia.

Adanya kebanggaan memiliki Soekarno, khususnya di Surabaya, masih berasa. Bahkan, Jejak-jejak Soekarno masih menjadi kebanggaan. Semisal, jejak sekolah Soekarno yang bernama Hogere Burger School (HBS), setingkat SMA di era Hundia Belanda.

Di Surabaya, ada dua HBS: di Jalan Kebon Rejo dan Jalan Ketabang. Tidak salah jika kedua premises (institusi) ini mengklaim jika tempat itu dulu dipakai HBS. Di Jalan Kebon Rojo sekarang jadi Kantor Pos Besar Surabaya. Sementara di Jalan Ketabang adalah gedung SMA komplek.

Baca Juga  Pengarungan Ekspedisi Bengawan Solo 2022 Dimulai

 

Siswa HBS

Soekarno remaja adalah saat saat Soekarno bersekolah di Hogere Burger School (HBS) di Surabaya, mulai tahun 1916-1921. Selama 5 tahun itu, Soekarno bersekolah di HBS di Regentstraat (sekarang Jalan Kebon Rojo).

Sementara kelembagaan HBS sendiri sudah ada di Surabaya sejak 1875 (Asia Maior: Soerabaja 1900-1950), tapi tidak diketahui secara pasti di mana alamatnya. Namun berdasarkan buku Oud Soerabaia, di kawasan Kota Lama Soerabaia (Kota Bertembok), sebuah lembaga sekolah sudah ada dan beralamat di Schoolstraat (Kini Jalan Garuda). Gedung sekolah itu kemudian dipakai sebagai Gedung Javasche Bank (era kolonial) dan kini menjadi Museum Bank Indonesia. Lokasinya dekat Jembatan Merah.

Sedangkan sejak 1881, HBS berpindah ke Regentstraat dengan menempati gedung lama yang sebelumnya dipakai sebagai kediaman Bupati Surabaya. Kepindahan HBS ke Regentstraat ini karena Bupati Surabaya pindah ke kediaman baru di Pregolan Bunder, yang sekarang gedung nya dipakai sebagai gereja.

Gedung Kediaman Bupati Surabaya lama di Regentstraat berarsitektur Indis dengan gaya pilar-pilar di bagian depan. Kediaman Bupati Surabaya menghadap ke selatan yang di depannya ada lapangan luas. Di era kolonial lapangan luas ini berfungsi sebagai taman kota (Stadtuin)

Di selatan Stadtuin, juga masih ada lapangan luas dan lapangan inilah yang dikenal sebagai alun alun Surabaya. Keberadaan alun alun ini didukung oleh nama jalan yang membujur dari utara ke selatan, yang namanya Aloon Aloon Straat (kini Jalan Pahlawan). Berdasarkan peta lama, bahwa di sisi timur Aloon Aloon ini terdapat sebuah pendapa kabupaten.

Jadi, di Surabaya pada saat itu ada dua Bupati: Kasepuhan (bupati tua/Eerst Regent) dan Kanoman (bupati muda/twee regent). Punya Aloon Aloon cukup luas. Pendapa yang satu berada di utara Aloon Aloon dan lainnya berada di timur.

Baca Juga  Bupati Gresik Terima Buku Perjalanan Sejarah Desa Bedanten

 

HBS 1881–1923

Pada kurun waktu 1881–1923 inilah HBS menempati gedung tua yang sebelumnya adalah kediaman Bupati Surabaya (Regentwooning). HBS adalah sekolah setingkat SMA dengan lama belajar 5 tahun. Sementara HBS sudah ada sejak 1875 (Asia Maior).

Soekarno mengenyam pendidikan lanjutan HBS mulai 1916-1921 setelah menyelesaikan setingkat SD dan SMP di Jombang, Mojokerto dan Tulungagung. Begitu masuk HBS, berarti Soekarno kembali ke Surabaya. Sebelumnya, pada masa balita Soekarno tinggal di Surabaya karena ia dilahirkan di Surabaya pada 6 Juni 1901. Ketika umur 6 bulan, pada bulan Desember 1901, ia diboyong orang tuanya ke Jombang karena ayahnya, pak Sukemi, pindah tugas.

Ketika masuk sekolah HBS, Soekarno dititipkan di rumah HOS Tjokroaminoto di Peneleh VII. Soekarno indekos dengan cara Bayar Makan. Tidak Cuma Soekarno, pelajar lainnya yang tinggal di rumah pak Tjokroaminoto harus Bayar Makan.

Bayar Makan adalah siapa pun yang tinggal di rumah pak Tjokroaminoto harus makan di rumah itu yang dimasakkan oleh bu Tjokroaminoto. Mereka tidak membayar untuk jasa penginapan. Tetapi harus bayar untuk makan dan harus makan di rumah itu. Atas bayar untuk makan, maka mereka tidak perlu bayar penginapan. Itulah yang disebut Bayar makan.

Ketika mereka, yang tinggal di rumah pak Tjokroaminoto, bisa makan 3 kali, Soekarno kadang makan 2 atau bahkan 1 kali, karena tidak punya uang. Soekarno tinggal bersama keluarga pak Tjokroaminoto terhitung mulai 1916-1921 seiring dengan masa sekolah di HBS.

Soekarno berangkat dan pulang sekolah dikabarkan jalan kaki. Kedua tempat ini tidak terlalu jauh. Jarak antara HBS dan rumah pak Tjokroaminoto sekitar 2 kilometer.

Tahun 1921 Soekarno lulus dari HBS dan melanjutkan kuliah di ITB Bandung. Tahun 1923, sekolah HBS pindah ke gedung baru, milik sendiri, yang lebih representatif, di Ketabang. Gedung HBS baru ini kini dikenal dengan sebutan SMA Komplek karena ada 4 sekolah: SMA 1, 2, 5 dan 9.

Baca Juga  Catatan: Chemistry Itu Mulai Bekerja. Kok Bisa? 

Sejak 1923 gedung di Regentstraat ini ditempati kantor polisi Surabaya sampai tahun 1928. Tahun 1928 gedung di Regentstraat ini harus dikosongkan karena di bangun gedung baru sebagai kantor pos besar Surabaya. Sedangkan kantor polisi pindah ke bekas Barak Militer di jalan Sikatan. Disanalah kemudian dikenal dengan nama Hoodfbureau van Politie (Kantor Besar Polisi).

Ketika pembangunan gedung  baru di Regentstraat selesai pada 1928, sejak itu pulalah Kantor Pos Besar Surabaya beroperasi hingga sekarang.

Jadi melihat jejak Soekarno sebagai siswa HBS, Soekarno pernah sekolah di HBS Kebon Rojo, tetapi bukan di gedung yang sekarang sebagai Kantor Pos. Sekolah Soekarno masih menempati gedung kediaman Bupati Surabaya.

Pun demikian dengan HBS Ketabang, Soekarno tidak pernah bersekolah di HBS Ketabang. (*)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *