Balai Pelestarian Kebudayaan XI Perbaiki Kerusakan Sumur Jobong

Tim Pelestarian dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur mendatangi situs arkeologi Sumur Jobong di Pandean IV, Surabaya, Jumat (24/3/2023).

Kedatangan tim yang terdiri Agus Kiswantoro dan Abdul Bagus Handoko, terkait dengan laporan Begandring Soerabaia yang ditindaklanjuti oleh  Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Surabaya, Kamis (16/3/2023).

Kurang dari hitungan sepekan, datanglah tim Pelestarian BPK XI ke lokasi Sumur Jobong di lingkungan Peneleh.

Dalam laporan yang dibuat Begandring Soerabaia disebutkan, pada bagian bibir Sumur Jobong yang terbuat dari tanah liat (terakota) mengalami cuwil pada bagian bibir sumur.

Balai Pelestarian Kebudayaan XI Perbaiki Kerusakan Sumur Jobong
Proses perbaikan yang dilakukan Tim BPK XI. foto: begandring

Ketika dilakukan pemeriksaan dan pemotretan pada objek bendanya atau sebelum dilakukan tindakan perbaikan, diketahui bahwa panjang cuwilan sekitar 20 cm dengan lebar sekitar 12 cm. Selain itu, terdapat retakan pada bagian dinding sumur lainnya.

Menurut Agus Santoso, juru pelihara (jupel) Sumur Jobong, retakan- retakan pada dinding sumur sudah ada dan terjadi ketika penemuan sumur, akhir Oktober 2018. Seiring dengan perjalanan waktu, keretakan pada bagian bibir lepas (cuwil).

Agus Kiswantoro, petugas dari BPK XI, mengungkapkan kalau sumur Jobong Pandean adalah sumur sejenis dan sezaman dengan sumur-sumur jobong yang tersebar di kawasan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Sumur-sumur itu, termasuk jobong di Pandean adalah dari era Majapahit.

Setelah diukur, diketahui bahwa diameter Sumur Jobong Pandean berukuran 80 sentimeter dengan ketinggian 45 cm pada setiap jobongnya. Ada dua tumpuk jobong pada lubang sumur di Pandean IV.

Jobong adalah struktur dinding sumur yang berbentuk silinder dan terbuat dari terakota. Yang terlihat dengan jelas pada Sumur Jobong Pandean ada dua tumpuk jobong.

Baca Juga  Ganjar Pranowo berbasuh Tirta Amerta di Rumah Lahir Bung Karno

Pada kedalaman sekitar 90 cm, sumber-sumber air terlihat pada dasar sumur mengeluarkan air yang cukup deras.

“Wah, kalau tidak disedot sumur ini akan cepat penuh dengan air,” jelas Agus Santoso yang sudah memasang pompa untuk menyedot air sebelum kedatangan tim BPK Trowulan.

Balai Pelestarian Kebudayaan XI Perbaiki Kerusakan Sumur Jobong
Cuwilan berhasil disambungkan. foto: begandring

Saat itu, Agus Kiswantoro membersihkan tepian fragmen yang cuwil dengan alkohol. Selanjutnya direkatkan dengan lem khusus sehingga cuwilan bibir jobong bisa tersambung kembali.

Selanjutnya dengan tumbukan batu bata halus yang dicampur lem, ditambalkan pada permukaan retakan-retakan pada dinding Jobong. Perbaikan Sumur Jobong sempat diiringi hujan, namun tidak menghentikan pekerjaan tim pelestarian.

Perbaikan sumur Jobong ini juga disaksikan petugas dari Dinas Disbudporapar Surabaya Wiji Totok. Sementara dari Begandring Soerabaia ada Nanang Purwono, Kuncarsono Prasetyo, TP Wijoyo, Noor Suyatin, dan Sukma Dewi.

Nanang Purwono sempat memberikan masukan kepada Wiji Totok agar membuatkan pagar pelindung pada tepian sumur untuk menghindari sentuhan langsung yang tidak disengaja oleh pengunjung yang turun masuk ke dalam ruang bawah tanah Sumur Jobong.

“Mengingat Sumur Jobong ini sudah menjadi jujugan tamu dan sudah menjadi tradisi bahwa tamu masuk ke dalam ruang bawah tanah untuk mengambil air sumur untuk sekedar digunakan cuci muka, maka di tepian lingkar Jobong perlu ada pagar pengaman,” jelas Nanang yang sering memandu wisatawan Nusantara dan mancanegara ke sumur Jobong Pandean.

Balai Pelestarian Kebudayaan XI Perbaiki Kerusakan Sumur Jobong
Agus Santoso (kiri) dan Agus Kiswantoro (kanan) bersama tim Begandring. foto: beganding

Sumur Jobong Pandean adalah satu satunya benda arkeologi yang ditemukan secara in situ di Surabaya.

“Kalau toh ada benda-benda arkeologi seperti arca Joko Dolog dan fragmentasi arkeogi lainnya di Taman Apsari, itu semua adalah bawaan dari luar Surabaya. Misalnya, Arca Joko Dolog dibawa dari Desa Bejijong, Trowulan,” tambah TP Wijoyo.

Baca Juga  Ganjar Pranowo Akan Terima Tirta Amerta Sumur Jobong

Karena Sumur Jobong Pandean adalah satu satunya benda arkeologi di Surabaya dengan sumber sumber pendukung tentang kearkeologian yang berupa prasasti dan literasi sejarah, maka diduga kuat kawasan Pandean Peneleh adalah kawasan permukiman kuno di Surabaya.

“Kami menduga, berdasarkan sumber sumber sejarah mulai dari buku literasi, prasasti dan arkeologi, Pandean Peneleh yang berada di tepian sungai Kalimas adalah awal mula Surabaya”, pungkas Nanang yang mengikuti perkembangan mulai dari penemuan Sumur Jobong tahun 2018. (tim)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *