Sedikiitnya 6.000 orang membanjiri pembukaan pameran foto “Surabaya Lintas Masa” di Basement Balai Pemuda Surabaya, Sabtu petang (3/9/2022). Banyak pengunjung harus rela dan sabar menunggu jalannya prosesi pembukaan.
Pameran foto, yang menyajikan wajah Kota Surabaya mulai dari era klasik, kolonial, kemerdekaan hingga pascakemerdekaan ini, dibuka Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di teras Rumah Bahasa, Balai Pemuda.
Dalam sambutannya, Eri mengatakan kegiatan pameran foto Surabaya Lintas Masa ini dapat dijadikan sebagai kebangkitan kebudayaan Surabaya dan kompleks Balai Pemuda bisa digunakan ekspresi panggung ekspresi dan aktualisasi olah seni, budaya, dan sejarah.
“Gratiskan Balai Pemuda. Manfaatkan Balai Pemuda. Gunakan aset pemerintah untuk ajang berkesenian dan berkebudayaan,” jelas Eri yang datang didampingi Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Wiwik Widayati.
Mendengar pernyataan wali kota itu, hadirin dan pengunjung bersorak gembira, lalu bertepuk tangan.
“Tapi, segala kegiatan harus dirancang dengan baik, dan diajukan ke Disbudparpora untuk langkah koordinasi agar terselenggara kegiatan yang kolaboratif dan bermanfaat,” tambah Eri.
Sekarang, kata dia, eranya kerja sama. Karena tidak bisa pemerintah berjalan sendiri. Pemerintah harus bekerja sama dengan komunitas sesuai dengan bidang atau kegiatan.
“Agar komunitas semakin berkualitas dan berkapasitas, maka mereka butuh wadah sebagai media aktualitas. Untuk itu, pemerintah harus hadir memfasilitasi,” ujar dia.
“Kalau Surabaya semakin maju, ini semata mata karena rakyatnya. Bukan wali kotanya. Karenanya gotong royong menjadi tulang punggung pembangunan dan kemajuan Kota Surabaya,” imbuh Eri.
Untuk mengetahui perjalanan Kota Surabaya mulai dari masa lalu hingga tangga kemajuan dan kesuksesan seperti sekarang, maka pameran foto ini menjadi sebuah refleksi yang manjadi dasar pemikiran untuk melakukan proyeksi masa depan Kota Surabaya.
“Karena pameran foto ini menyajikan perjalanan sejarah Surabaya mulai dulu hingga sekarang, maka pameran ini kita canangkan sebagai upaya untuk memantik kebangkitan kebudayaan,” tegas Eri sebelum menandatangani tiga buah foto yang menjadi pemenang dari lomba foto “Photo Walk” yang dilaksanakan pada 27 Agustus 2022.
Peta Lama Surabaya
Eri Cahyadi kemudian mengunjungi stan pameran, didampingi kurator pameran, Yayan Indrayana dan Kuncarsono Prasetyo.
Titik pertama yang dikunjungi adalah etalase arkeologi hasil temuan di Kampung Pandean I, Surabaya pada 2018. Di sana terdisplay batu bata kuno serta gerabah terakota yang ditemukan di lokasi yang sama dengan temuan Sumur Jobong, sumur kuno dari era kerajaan Majapahit atau bahkan sebelum Majapahit. Temuan itu menunjukkan bahwa di Kampung Pandean Peneleh menjadi bukti nyata adanya hunian manusia di abad 13 dan 14.
“Sumur Jobong di Pandean ini adalah temuan tertua dan satu satunya temuan arkeologis di Surabaya,” kata Tri Wijoyo, ahli sejarah klasik Begandring Soerabaia menjelaskan kepada wali kota.
Selanjutnya wali kota dipandu Kuncarsono melihat dan menikmati foto-foto Surabaya masa lalu sesuai alur linimasa sejarah Surabaya.
“Pak wali kota kita ajak menikmati sejarah kota secara sistematis dan kronologis. Yaitu mulai sejarah klasik, lalu melihat foto-foto klaster era sebelum tahun 1860. Seni lithografi. Litografi adalah sebuah metode gambar yang dilakukan secara manual (menggambar dengan tangan),” jabara Kuncarsono.
Dia menambahkan, setelah tahun 1860, masuklah teknologi foto di Surabaya. Karenanya sejak itu, pendokumentasian Surabaya sudah dilakukan dengan kamera foto. Hasilnya, suasana kota dari pertengahan abad 19 hingga pertengahan abad 20 yang menyuguhkan tema-tema pembangunan kota, sosial budaya, hingga tema perjuangan bangsa.
Di antara alur pameran ini terdapat etalase kamera-kamera jadul dari tahun produksi 1930-an hingga 1950-an, yang kiranya sempat dipakai mendokumentasikan wajah Surabaya pada masa lalu. Ada lima kamera dengan merek berbeda beda mulai dari Voigtlander, Zeiss Ikon, Ricoh Diacord hingga Yasicha.
Selain foto, ada sekitar 10 peta lama Surabaya. Peta tertua yang dipamerkan adalah tahun 1677. Peta ini adalah buatan Speelman ketika memetakan serangan terhadap Trunojoyo. Sejumlah perbentengan yang dibangun oleh Speelman terpampang pada peta 1677.
Peta-peta lainnya menggambarkan Surabaya sebagai kota bertembok yang dari deskripsi peta, di sana dijelaskan infrastruktur kota seperti benteng, Balai kota, gereja, alun alun, dermaga serta rumah sakit, pabrik dan perkampungan Eropa.
Sebelum meninggalkan stan pameran, wali kota berpesan agar pengunjung dapat mengambil hikmah dari kisah perjalanan Kota Surabaya, sehingga bisa dipakai sebagai modal pembangunan masa depan.
“Surabaya boleh membangun, maju dan modern, tapi jangan sampai lupa sejarah dan jati dirinya,” tandas Eri Cahyadi.
Pameran “Surabaya Lintas Masa” ini digelar mulai 3 sampai 19 September 2022 dan terselenggara atas kerjasama Pemerintah Kota Surabaya, FIB Unair, Begandring Soerabaia, Roodebrug Soerabaia dan komunitas Fotografi. (*)