Bung Karno, Lagu Aryati, dan Buku Nikah

Bukan rahasia lagi, Bung Karno punya beberapa istri. Salah satunya, Ning Suroboyo bernama Hariyatie.

Hariyatie adalah istri keenam Bung Karno. Dia dinikahi Bung Karno pada Selasa Pahing, 21 Mei 1963, pukul 20.00. Pada pernikahan itu, usia Hariyatie masih belia, 23 tahun. Sedangkan Bung Karno berusia 62 tahun.

Dari buku nikah, ternyata mereka asli Arek Suroboyo. Bung Karno lahir di Surabaya, 1 Juni 1901. Sedangkan Hariyatie lahir di Surabaya, 24 Agustus 1940. Mereka menikah di Jakarta pada 21 Mei 1963.

Buku nikah mereka dikeluarkan di Jakarta, 21 Mei 1963. Tersebut, Ir. Dr. H. Soekarno, putra dari R. Sukemi Sasrodihardjo. Jabatannya Presiden RI, tinggal di Jakarta. Sementara Hariyatie, meski Arek Suroboyo, tapi ketika menikah sudah tinggal di Jakarta yang beralamat di Jalan Madiun.

Menurut Enny Wishnu Wardhani, keponakan Hariyatie, Hariyatie bisa sampai di Jakarta dan akhirnya hidup di sana karena profesi seninya sebagai penari Jawa.

“Awalnya Budhe Yatie terpilih masuk rombongan budaya Surabaya untuk tampil di Istana Merdeka. Budhe Yatie itu pintar menari dan di Istana Merdeka, budhe menari di depan Presiden. Sepertinya Presiden tertarik pada Hariyatie dan  langsung meminta kepada Hariyatie agar tetap tinggal di Jakarta dan kepadanya diberi pekerjaan di kantor Sekretaris Negara”, jelas Enny.

Hariyatie, sang penari Istana. foto: ist

 

Sejak itu, benih benih cinta Sang Presiden kepada Hariyatie semakin tumbuh dan kuat. Di sela kesibukan sebagai presiden, Bung Karno selalu menyempatkan menyapa dan memuji Hariyatie melalui pesan pesan singkat yang ditulis pada amplop kepresidenan bekas. Amplop-amplop kepresidenan bekas ini tampak dengan logo resmi negara: burung garuda.

Baca Juga  Menguak Hubungan Soekarno dan Tjiel Romers, Seperti Apa?

“Bung Karno itu tidak malu-malu dengan setiap pesan singkat yang ia ditulis pada amplop kepresidenan untuk Hariyatie. Pesan singkatnya terbuka. Bsa dibaca oleh siapa pun yang disuruhnya untuk diberikan kepada Hariyatie,” terang Enny yang masih menyimpan pesan-pesan itu di rumahnya.

Enny bahkan menyimpan dan memajang foto-foto keluarga bersama Bung Karno. Ada beberapa foto yang belum pernah dipublikasikan.

Pengakuan ini dikuatkan dengan kesaksian Karlinah, istri Umar Wirahadikusumah. Kala itu, Umar Wirahadikusumah masih menjabat Pangdam V Jaya untuk periode 1961-1965.

Suatu ketika, dia ketika diajak berdansa Bung Karno dalam sebuah acara di istana. Karlinah merasa ada yang aneh. Yaitu, saat home band lagu Aryati. Ketika itu, Bung Karno sangat menikmati berdansa dan alunan lagu Aryati karya Ismail Marzuki pada 1936.

Ketika Bung Karno menyudahi dansa, dia kemudian memperkenalkan seorang gadis hitam manis kepada Karlinah. Karlinah baru sadar bahwa si gadis itu adalah Hariyatie.

Aryati, Dikau mawar asuhan rembulan//Aryati, Dikau gemilang seni pujaan// Dosakah hamba mimpi berkasih dengan tuan//Ujung jarimu kucium mesra tadi malam// Dosakah hamba memuja dikau dalam mimpi//Hanya dalam mimpi. 

Begitulah sepenggal lirik lagu berjudul Aryati. Isi lagu itu pas dengan ungkapan perasaan Bung Karno kepada Hariyatie.

Hariyatie adalah wanita keenam yang menjadi istri Bung Karno. Awalnya adalah penari dan Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian. Akhirnya mereka menikah pada 21 Mei 1963 dengan acara sederhana. Ini karena Bung Karno beralasan pernikahan mereka sebaiknya tidak diumumkan pada masyarakat luas. (*)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *