Rumah Lahir Bung Karno (RLBK) di kampung Pandean Gang IV Surabaya telah resmi menjadi sebuah museum, yang bernarasi tentang masa balita Soekarno, tepatnya ketika masih bernama Koesno pada 1901. Ketika sudah remaja, tepatnya pada 1916 hingga 1921, ia menorehkan sejarah dengan bersekolah di HBS Surabaya dan tinggal di rumah HOS Tjokroaminoto di Peneleh Gang VII.
Hadirnya destinasi wisata heritage baru dalam bentuk museum ini menambah daftar jumlah museum di Surabaya. Di lingkungan kelurahan Peneleh saja, kini ada dua museum. Yaitu museum Rumah HOS Tjokroaminoto dan Rumah Lahir Bung Karno.
Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, dalam sambutan pembukaan Destinasi Wisata Heritage mengatakan bahwa museum museum, yang sekaligus tempat tempat bersejarah ini, harus terkoneksi kan sehingga sejarah, khususnya yang terkait dengan Soekarno, bisa terhubung secara kronologis.
“Soekarno dan Surabaya itu bagaikan dua sisi mata uang. Tidak bisa dipisahkan”, tegas Eri mengawali sambutannya.
Kedua tempat bersejarah, yang berada di lingkungan Peneleh ini, terhitung berdekatan dengan satu tempat bersejarah lainnya, yaitu sebuah sekolah dimana ayahanda Soekarno, R. Soekeni Sosrodihardjo, pernah mengajar sebelum Soekarno dilahirkan. Yaitu sekolah SD yang dulu dikenal dengan SD Sulung dan kini telah berubah nama menjadi SD Alun Alun Contong.
“Satu lagi ada sekolahan. Dulu namanya SD Sulung dan sekarang berubah menjadi SD Alun Alun Contong. Sejarah tidak boleh hilang. Apalagi disana masih ada artefak gedung dan ruang kelas yang masih asli. Karenanya untuk menjaga sejarah, nama asli sekolah hendaknya bisa menyertai keberadaan artefak itu”, tambah Eri Cahyadi.
Eri Cahyadi berharap apa yang menjadi jejak Soekarno di Surabaya, yang peninggalannya masih ada, dapat disusun dalam satu rangkaian cerita yang diiringi dengan keberadaan monumen monumen pengingat.
“Jadi dengan tempat tempat bersejarah itu, kita bisa tau riwayat Soekarno. Diawali dari ketika Bapaknya Soekarno, Raden Soekeni Sosrodihardjo, mengajar di SD Sulung, yang ketika itu Raden Soekeni sudah bertempat tinggal (kontrak) di rumah Pandean IV sampai Soekarno dilahirkan. Kemudian di masa remaja, Soekarno indekost di rumahnya HOS Tjokroaminoto”, tambah Walikota Eri Cahyadi.
Pada kesempatan itu, Eri Cahyadi juga minta kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh, untuk mengembalikan nama SD yang sekarang bernama SD Alun Alun Contong ke nama aslinya SD Sulung.
Sementara Yusuf Masruh sudah merencanakan momen perubahan nama sekolah itu akan diresmikan pada pergantian tahun akademik.
“Kita perlu mencari momen yang pas dan perlu direncanakan dengan baik. Yaitu pada momen pergantian tahun akademik”, kata Yusuf Masruh ketika ditanya dalam menanggapi harapan Walikota.
Selain itu, Walikota Eri Cahyadi juga minta kepada lurah Peneleh beserta warga agar turut menyambut hadirnya museum Rumah Lahir Bung Karno dengan mengembangkan potensi pariwisata, ekonomi kreatif.
“Mana pak lurahnya. Nah, pak Lurah, warganya diajak membuat souvenir seperti mug, gantungan kunci dan kaus serta cindera mata lainnya ya untuk mendukung museum ini”, pinta Eri Cahyadi ke lurah Peneleh Skundario di depan museum.
Kelurahan Peneleh sungguh menyimpan jejak sejarah bangsa Indonesia, khususnya periode sejarah pergerakan dimana Soekarno ada di dalamnya. (Nanang).
Saya sebagai orang Surabaya sangat setuju bila Sekolah SD itu menjadi SD Sulung sesuai dengan nama aslinya. Semoga nantinya akan dibuat buku sejarah khusus tentang riwayat sekolah SD Sulung sewaktu Bapak Raden Soekeni Sosrodihardjo mengajar disekolah itu sebelum Bung Karno lahir dikota Soerabaia.
Terima kasih atas dukungan nya.