Ganjar Pranowo Akan Terima Tirta Amerta Sumur Jobong

Malam itu, Kamis malam Jumat legi (4 Mei 2023), di lokasi Sumur Jobong Pandean gang I ada prosesi pengambilan air kehidupan (tirta amerta). Sumur Jobong adalah sumur kuno dari era Majapahit yang sudah ada pada 1430 M dan diketemukan ketika ada penggalian gorong gorong untuk box culvert pada 30 Oktober 2018.

Di bawah sinar terang lampu penarangan Kampung Pandean I, sumur yang berada di dalam sebuah ruangan bawah tanah itu, airnya sangat bening. Sangat bening dan jernih sehingga dasar sumur yang berpasir lembut itu, dinding sumur yang terbuat dari terakota itu terlihat sangat jelas.

Akibatnya air sumur tidak terlihat. Sumur seolah olah kosong, tidak ada airnya sehingga pandangan mata tertuju langsung pada dasar dan dinding sumur keseluruhan. Padahal, airnya melimpah, permukaan air sumur setinggi bibir dinding sumur. Airnya terlalu bening dan jernih.

“Air mineralnya tinggi ini”, ujar Kemal, seorang purnawirawan TNI asal Surabaya yang kini tinggal di Jakarta.

Kemal datang ke Pandean Penelah dalam rangka survey untuk rencana kegiatan jelajah sejarah kebangsaan dan multikulturalisme bersama sekitar 400 mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.

Kedatangan Kemal dalam kegiatan survey itu persis ketika sebuah persiapan prosesi ritual pengambilan tirta amerta sedang berlangsung. Dalam prosesi itu dilakukan selamatan dengan tumpeng dan uborampenya, yang dihadiri oleh wakil rakyat bersama rakyat Surabaya di Kampung Pandean gang I.

Adalah Adi Sutarwijono, yang didampingi seorang keturunan langsung leluhur Pandean, Agus Santoso beserta poro alim dan warga setempat, termasuk pegiat sejarah Begandring Soerabaia yang memangku kawasan itu.

Budayawan Surabaya Jadi Galajapo menghadiri prosesi ritual itu sebagai penguatan dan menguatkan makna prosesi ritual malam itu. Dibawah lantunan ayat ayat suci, semua yang hadir dalam selamatan itu mendoa bersama demi keselamatan untuk bangsa melalui seseorang yang diharapkan bisa memimpin bangsa dan negara di kemudian hari.

Baca Juga  Balai Pelestarian Kebudayaan XI Perbaiki Kerusakan Sumur Jobong
Penyerahan potongan tumpeng dari Adi Sutarwijono kepada tokoh warga setempat.
Penyerahan potongan tumpeng dari Adi Sutarwijono kepada tokoh warga setempat.

Pengambilan tirta amerta malam itu dalam rangkaian acara kedatangan Ganjar Pranowo, calon presiden dari PDIP, ke Peneleh, Surabaya pada Sabtu, 6 Mei 2023. Di Peneleh Ganjar dijadwalkan mengunjungi Rumah Lahir Bunga Karno (RLBK) di kampung Pandean IV nomer 40 dan Rumah HOS Tjokroaminoto di kampung Peneleh VII dimana Soekarno muda pernah kost pada periode 1916-1921 ketika ia menjadi murid sekolah HBS di jalan Kebon Rojo Surabaya.

Adi Sutarwijono, Ketua DPC PDIP Surabaya yang juga Ketua DPRD Kota Surabaya, dalam sambutannya di prosesi ritual selamatan itu mengatakan bahwa penyerahan air sumur Jobong yang dikemas dalam kendil kepada Ganjar Pranowo pada hari Sabtu (6/5/2023) memiliki arti berupa penyampaikan pesan kepada Ganjar Pranowo untuk melanjutkan kepemimpinan Indonesia yang telah diawali oleh Soekarno, yang terlahir di kampung Pandean Surabaya pada 6 Juni 1901.

 

Makna Penyerahan Kendil Berisi Air Sumur Jobong.

Penyerahan kendil, yang berisi air sumur Jobong (sumur kuno) dari era kerajaan Majapahit, tepatnya pada tahun 1430 M, adalah perlambang penyerahan air kehidupan (tirta amerta) kepada Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden.

Air kehidupan ini menggambarkan kisah pewayangan, manakala keluarga Pandawa mampu mengalahkan ego dan nafsunya sendiri sehingga mereka berhasil mengubah Hutan Wanamarta menjadi Kerajaan Amarta.

Wanamarta adalah hutan angker yang bersifat jalmo moro jalmo mati. Siapa yang datang, ia akan menemui ajalnya. Sementara Amarta berarti keabadian dan sekaligus sebagai perlambang perikehidupan berbangsa dan bernegara yang madani.

Pada eranya, Sumur Jobong di Pandean dipercaya oleh para leluhur sebagai tempat dan sarana suci yang mampu menghantarkan manusia pada pasca kematian menuju ke nirwana, sebagai perlambang kehidupan yang kekal.

Baca Juga  Uji Karbon Ungkap Kekunoan Pandean dan Peneleh

Karenanya tirta Amarta dari mata air kuno di tengah permukiman Pandean Surabaya, yang dipersembahkan kepada Ganjar Pranowo, menjadi perlambang pesan dan harapan rakyat Surabaya kepada Ganjar Pranowo agar bangsa Indonesia ke depan menjadi bangsa yang “Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kerto Raharjo”,

Artinya Indonesia ke depan bisa menjadi sebuah negara yang lebih subur, makmur serta tertib, tentram, sejahtera dan berkecukupan dalam segala hal.

Adi Sutarwijono bersama Begandring Soerabaia dan budayawan Jadi Galajapo.
Adi Sutarwijono bersama Begandring Soerabaia dan budayawan Jadi Galajapo.

Apa yang akan diemban oleh Ganjar Pranowo ke depan adalah melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa dan negara, yang telah diawali oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno, yang dilahirkan di kampung Pandean Surabaya. Jadi, Ia Arek Surabaya. Soekarno Arek Suroboyo.

Karenanya di Rumah Lahir Bung Karno inilah patut kiranya dipanjatkan doa untuk Bung Karno, yang telah mengawali memimpin bangsa Indonesia dan sekaligus berdoa untuk Bung Pranowo untuk melanjutkan api perjuangan pendahulunya itu.

Di Surabaya, melalui Monumen Tugu Pahlawan, Bung Karno telah berpesan “Jas Merah: Jangan Sekali Sekali Melupakan Sejarah” sebagai bentuk refleksi masa lalu.

Bung Karno juga berpesan “Beri saya sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”, sebagai bentuk pesan ke masa depan agar terlahir pemuda pemudi tangguh yang hebat, tangguh dan visionir untuk melanjutkan perjuangan para pendahulu dan meraih cita cita masa depan. (Nanang)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *