Minggu, 28 Oktober 1945, pukul 14.30. Sepasukan tentara Inggris sekira 40 personel bersenjata lengkap dengan 4 truk dipimpin seorang Mayor, menduduki Gedung RRI Surabaya di depan Rumah Sakit Simpang.
Suasana teramat mencekam. Terjadi pertempuran di mana-mana. Rumah Kepala RRI Surabaya Sukirman yang berada di samping belakang gedung studio dikepung.
Sukirman ditawan, lalu diajak ke studio. Semua pegawai yang berdinas dipaksa pulang, Hanya Sukirman diminta tinggal. Semua kunci studio dirampas Mayor Inggris itu dengan kasar. Meski pun RRI Surabaya dikuasai Inggris, namun siaran radio tidak berhenti.
Pendudukan Gedung RRI Surabaya cepat diketahui para pejuang yang berada di sekitarnya. Pendudukan itu memancing bentrok senjata. Pasukan Inggris yang berada di dalam Gedung RRI melakukan penembakan terhadap siapa pun yang lalu lalang di depan gedung.
Kala itu, Rumah Sakit Simpang yang menjadi tempat evakuasi para korban pertempuran Surabaya, sedang hebat-hebatnya menerima korban. Namun mereka tidak peduli.
Para pejuang mengepung Gedung RRI. Karena tidak memiliki persenjataan kuat, mereka menghubungi Markas Besar PRI di Simpang Club dan Markas Polisi Istimewa untuk minta bantuan senjata.
Pengepungan Gedung RRI Surabaya meletus. Menjalar menjadi bentrokan bersenjata. Banyak korban berjatuhan. Yang terbanyak dari para pejuang. Tentara Inggris yang menempatkan diri di lantai dua, menembak dari balik jendela dan gordijn-gordijn.
Gedung RRI Surabaya sejatinya gedung kesenian. Di era Hindia Belanda disebut Kunstkring. Saat penjajahan Jepang, nama gedung itu diubah menjadi studio siaran. Di tempat itu tersedia ruang akustik yang bagus. Pemancarnya ada di gedung bekas NIROM di Embong Malang.
Inggris salah besar menguasai Gedung RRI Surabaya di Simpang yang sebenarnya hanya berupa studio saja. Tidak terdapat pemancar besar. Posisi pemancar besar ada di Embong Malang, dijaga ketat oleh Pasukan Polisi Istimewa.
Pertempuran di Gedung RRI Surabaya jika tidak diubah siasatnya hanya akan menambah jumlah korban dari pihak pejuang. Perlindungan mereka hanya tembok-tembok Rumah Sakit Simpang di seberang jalan dan sangat sulit mendekati gedung RRI.
Hingga pukul 18.00, dominasi pertempuran dan keunggulan ada di pihak Inggris. Seorang perwira Inggris dengan mengendarai jip keluar dari Gedung RRI. Kemdian berbelok ke kiri, menerobos kepungan para pejuang dan rakyat. Akan tetapi, begitu sampai di depan Markas Besar PRI di Simpang Club (Balai Pemuda saat ini), dia berhasil dicegat para anggota PRI. Jip yang ditumpanginya dirampas. Perwira Inggris itu tewas terbunuh.
Tinggal Puing Belaka
Senin, 29 Oktober 1945 pagi, pertempuran di Gedung RRI Surabaya mulai gencar. Polisi Istimewa Surabaya (P.I) dan Pasukan Polisi Perjuangan Republik Indonesia (P3RI) mengirimkan panser-pansernya.
P.I di bawah pimpinan Soetjipto Danoekoesoemo, Soejapto, Paiman. Sedangan P3RI di bawah pimpinan Loewito, Wagimin, dan Soetrisno. Mereka berangkat dari Coen Boulevard dilengkapi senapan Watermantel 7,7 mm.
Panser-panser itu datang dari arah barat dari jurusan Simpang Club. Panser- panser itu berjalan hati-hati sekali menghindari korban-korban yang bergelimpangan di jalan. Tidak ada yang berani memindahkan dan menolong korban untuk dipinggirkan dari jalan. Beberapa orang berlindung di bawah Gedung RRI. Mereka berhasil lolos dari jangkauan tembakan pasukan Inggris.
Panser P.I dan P3RI melewati Gedung RRI sambil melihat keadaan. Sesaat, mereka ditembaki dari atas gedung. Panser P.I berbelok ke kiri dan panser P3RI memutar ke kanan di depan gedung.
Panser P.I memberondong jendela lantai dua Gedung RRI dengan Watermantel beberapa kali. Tentara Inggris memberikan perlawanan keras. Mereka melawan dan menghindari tembakan dari panser P.I. Watermantel terus menyalak melindungi panser P3RI yang berada di depan Gedung RRI.
Loewito dari P3RI turun dari panser. Dia perintahkan kepada para pemuda yang bertahan dan steling di muka gedung menyingkir ke samping. Dinding kaca dihancurkan dengan tembakan. Panser P3RI yang dikemudikan Wagiman merapat di bawah gedung untuk menghindari lemparan granat.
Soetrisno mengawasi gedung sambil melindungi rekan-rekannya. Mereka kembali ke panser dan mengambil dua jeriken bensin cadangan dari dalam panser. Tutup jeriken dibuka, lalu dilemparkan ke lantai. Lantai basah dengan bensin.
Wagiman menjalankan pansernya agak cepat. Granat dilemparkan ke lantai yang basah oleh bensin, kemudian blarrr… Api menyala. Gedung RRI Surabaya terbakar hebat.
Gedung RRI Surabaya juga dibakar dari belakang. Tepatnya dari Balai Kesenian. Di tempat itu berisi 800 kursi tempat duduk penonton, beberapa almari pakaian untuk pertunjukan, lima puluh lebih dokumen rol film, piringan hitam, dan masih banyak lagi bahan-bahan yang mudah terbakar lainnya.
Gedung RRI juga dilempari granat dari arah Embong Kenongo oleh para pejuang.
Panser-panser menjauh dari gedung yang berkobar. Pasukan siap menembak. Kobaran makin hebat. Sepuluh tentara Inggris keluar dari kepulan asap hitam pekat. Dengan muka hangus, mereka mengangkat tangan sambil menyandang senjata. Mereka disambut dengan amukan tanpa belas kasih hingga tewas. Balasan atas tembakan-tembakan mereka terhadap kawan-kawan pejuang yang gugur dari atas gedung itu.
Semua pasukan Inggris yang menduduki Gedung RRI Surabaya tewas terbakar atau diamuk pejuang. Dua orang berusaha melarikan diri, namun menjadi sasaran takeyari dari para rakyat yang menangkapnya.
Di saat terjadi pertempuran, orang-orang bagian teknik radio dengan penuh keberanian memindahkan alat-alat radio dari Gedung RRI. Alat-alat tersebut segera dibawa keluar agar selamat dari amukan api. Semuanya dikerjakan saat pertempuran berkecamuk dan amukan api mulai berkobar.
Selasa, 30 Oktober 1945. Para awak RRI Surabaya melihat kembali gedung yang sudah terbakar habis itu. Mereka berharap masih ada yang bisa diselamatkan. Tapi harapan itu sirna. Mereka hanya menemui puing-puing bekas kebakaran, aroma bensin, tumpukan mayat tentara Inggris yang hangus. Berikuut kamar relay yang tidak ikut habis terbakar.
Gedung RRI Surabaya yang sangat mewah itu pun tinggal puing belaka. (*)
Sumber :
Pertempuran 10 November 1945, citra kepahlawanan bangsa Indonesia di Surabaya, Blego Soemarto, Aminuddin Kasdi Dkk, Surabaya, 1986.
Hari-hari bahagia bersama rakyat : catatan perjuangan Sutjipto Danoekoesoemo, Soetjipto Danoekoesoemo, Pustaka Sinar Harapan, 1997.
Pertempuran 10 November 1945, Soetomo, Visimedia, 2008.
Radio Republik Indonesia 55 Tahun, Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Percetakan Negara Republik Indonesia, 2000.