Koin langka bergambar lambang kota Surabaya, hiu dan buaya, di era kolonial ternyata masih ada di Surabaya. Koin ini bukan uang, tapi koin penghargaan atau medali khusus. Dikeluarkan pada momen-momen tertentu, misalnya pernikahan, ulang tahun, kenaikan tahta dengan interval waktu seperti 12,5 tahunan, 25 tahunan, 40 tahunan dan 50 tahunan.
Panasaran? Datanglah ke Pameran The History of Surabaya. Pameran benda-benda vintage yang diselenggarakan di Pakuwon City Mall Suarabaya.
Pameran yang berakhir pada Senin (29/8/2022) mendatang itu, memamerkan benda-benda vintage yang memiliki nilai sejarah ini adalah wadah bertemunya para kolektor barang-barang vintage dan antik di Surabaya.
Ali Budiono, koordinator dan penyelenggara pameran, mengatakan bahwa saatnya pelaku usaha barang-barang vintage dan antik ini masuk mal. Ini karena barang-barang itu memiliki nilai sejarah dan layak diketahui publik.
“Mal menjadi simbol kehidupan moderen yang secara sosial jauh dari nilai-nilai tradisional. Karenanya dengan menggelar pameran yang bertajuk The History of Surabaya ini, kami mencoba untuk mempertemukan dua sumbu yang berbeda agar kita di era moderen ini tidak lupa dengan masa lalu. Terlebih terkait sejarah,” jelas Ali Budiono.
Ali mengusung sekitar 10 stan di pameran bersama kolektor benda-benda vintage.
Menurut dia, numismatik atau kegiatan kegiatan mengumpulkan mata uang, termasuk koin, token, uang kertas, dan benda-benda terkait lainnya, memiliki nilai sejarah bagi bangsa Indonesia.
Di setiap penerbitan uang, jelas Ali, selalu tergambar potensi bangsa Indonesia, mulai dari serial alam, binatang, budaya hingga tokoh tokoh bangsa. Harapannya, melalui mata uang warga negara bisa mengenal kekayaan Indonesia.
“Para kolektor numismatik luar negeri sangat suka dengan mata uang Indonesia. Mata uangnya sangat bercerita beribu kekayaan nusantara,” beber Ali yang memiliki koleksi mata uang mulai dari kerajaan-kerajaan Nusantara.
Ia juga menunjukkan pecahan mata uang koin dari era VOC dengan tahun terbitan 1600-an. Ada juga keluaran tahun 1700-an. Apalagi uang yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Hindia Belanda di era Ratu Wilhelmina.
Gemeente Surabaya
Ada pun koin langka bergambar lambang Kota Surabaya, hiu dan buaya, adalah penanda momen peringatan kenaikan tahta Ratu Wilhelmina di Surabaya pada 1938. Tepatnya peringatan kenaikan tahta Ratu Wilhelmina ke-40.
Ratu Wilhelmina, yang lahir dengan nama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau pada 31 Agustus 1880 di Den Haag, naik tahta pada usia belia, 10 tahun, tepatnya pada 1890.
Ternyata, meski Indonesia sudah merdeka yang ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945, tapi pemerintah Belanda masih berada di Indonesia, termasuk di Surabaya.
Pada 1948, ketika ulang tahun Ratu Wilhelmina ke-60 dan ulang tahun kenaikan tahta ke-50, di Surabaya digelar parade militer besar besaran. Melihat ramainya gelar parade militer itu, Surabaya Indonesia seolah belum merdeka. Di tahun tahun 1948 itu termasuk masa agresi militer.
Di tahun 1948, justru pada peringatan 60 tahun usia Wilhelmina dan 50 tahun kenaikan tahta, pemerintah Gemeente Surabaya masih merayakan besar-besaran. Bahkan, Gemeente Surabaya juga mengeluarkan koin khusus berlambang ikan hiu dan buaya. Termasuk buku khusus berbahasa Melayu tentang Ratu Wilhelmina.
Namun, peringatan besar di Surabaya pada 1948 itu menjadi antiklimak bagi Ratu Wilhelmina. Ini karena sang Ratu justru sangat galau. Negeri koloni yang sangat dicintainya, Hindia Belanda, segera lepas dari pangkuannya karena telah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Sebelum negeri yang dicintainya itu lepas, tepat pada 4 September 1948, Ratu Wilhelmina ternyata turun tahta dengan alasan kesehatan. Tahta Kerajaan Belanda diserahkan kepada putrinya, Juliana.
Setelah turun tahta, Wilhelmina menghabiskan hari-hari tuanya di Istana Het Loo. Iajarang tampil di depan publik/Lebih banyak mengurung diri.
Selanjutnya, pada 27 Desember 1949, dilaksanakan upacara penyerahan kedaulatan Belanda kepada Indonesia di Amsterdam dan di Jakarta. Di Istana Dam, Amsterdam, penyerahan kedaulatan ditandai dengan penandatanganan dokumen oleh Ratu Juliana (pengganti Wilhelmina) dan Perdana Menteri Mohammad Hatta.
Kini, di tahun 2022, sisa dan bukti puncak peringatan 50 tahun usia Wilhelmina dan 40 tahun kenaikan tahtanya sebagai Ratu Kerajaan Belanda masih ada di Surabaya. (*)