Petualangan Bersama Mencari Jejak Politisi Belanda dan Keluarga Kaya Raya Hindia Belanda

Begandring.com- Ini adalah kisah petualangan bersama antara Begandring Soerabaia bersama penulis buku buku biografi dan sejarah terkenal di Belanda, Auke Kok, di Surabaya, Tretes dan Pasuruan. Petualangan bersama ini menarik. Selain eksplorasi ditempat tempat yang diduga menjadi latar belakang peristiwa pada masa lalu, tim gabungan ini juga berselancar maya menembus ruang Delpher.nl.

Auke Kok (67) adalah seorang jurnalis dan penulis terkenal di Amsterdam, Belanda. Baru baru ini ia datang ke Surabaya. Ia datang untuk melacak jejak dua sahabat yang bernama Van Leeuwen Boomkamp, warga Hindia Belanda yang memiliki perkebunan luas di Jawa dan politisi Belanda Anton Mussert, yang sama sama pernah hidup di Hindia Belanda pada 1930-an. Pelacakan itu tidak lepas dari perjalanan hidup dua sahabat itu di Surabaya, Tretes dan Pasuruan pada masa lalu. 

Menurut Auke, dari informasi awal yang ia dapatkan sebelum berangkat ke Indonesia, kedua orang itu adalah orang orang penting dan bahkan ketika Anton Mussert kembali ke Belanda, ia menjadi cerita tersendiri di negerinya. 

Sementara keluarga Leeuwen Boomkamp tetap berjaya mengelola perkebunan dan mengurus properti wisata di kawasan Tretes. 

Keluarga Leeuwen Boomkamp tersohor sebagai pengelola perkebunan yang kaya raya di Hindia Belanda. Tercatat usahanya tersebar di pulau Jawa seperti Jember, Pasuruan, Tretes hingga Malang. 

Dari temuan sumber sumber di delpher.com diketahui bahwa usaha properti penginapan berupa hotel, villa dan bungalo dibahas tersendiri dalam sebuah buku yang berjudul “Het Villa-Park Tretes” yang terbit pada 1936. Dari buku ini terlihat foto dimana kantor pusatnya berada. Yaitu di gedung yang juga terkenal dengan gedung Apotik Simpang. Beralamat di Simpangplein 6 Surabaya atau sekarang terkenal dengan Simpang Lonceng. 

Ketika itu, Anton Mussert yang juga pernah berada di Surabaya. Ia tinggal di lingkungan militer Jalan Opak. Tentu kala itu bukan orang biasa biasa yang bisa tinggal di komplek militer. Karenanya, Auke ketika di Surabaya juga mendatangi jalan Opak sambil membandingkan suasana jalan Opak sekarang dengan jalan Opak masa lalu melalui dua buah photo lama yang dibawanya. 

Baca Juga  Civil Society Begandring Soerabaia Selaras Dengan SDGs PBB Dalam Pelestarian Cagar Budaya. 

Kini, generasi penerus dari Mussert di Belanda ingin menggali sejarah leluhurnya yang pernah berada di Hindia Belanda (kini Indonesia) pada dekade tahun 1930-an itu. Melalui goresan pena Auke Kok, generasi penerus Mussert ingin mengetahui jejak jelak leluhurkan yang telah tertoreh di Surabaya pada dekade 30-an.

 

Auke Kok Sang Penulis

Auke Kok adalah jurnalis dan penulis buku buku sejarah yang sangat senior. Kok (Cook) selama beberapa hari melakukan riset untuk penulisan biografi Mussert. Riwayat tentang Auke adalah bahwa ia pernah mempelajari sejarah sosial di Universitas Erasmus di Rotterdam. Dia kemudian bekerja sebagai editor di Haagse Post dan majalah bulanan Quote. 

Auke Kok sedang mewawancarai Nanang Purwono (Begandring). Foto: agg/Begandring.

Antara tahun 1990 dan 2000, Kok menjabat sebagai editor, wakil pemimpin redaksi dan pemimpin redaksi ad interim majalah opini HP/De Tijd. Setelah itu dia beralih ke Radio 1 Journal sebagai pemimpin redaksi. Pada tahun 2004 , Kok memantapkan dirinya sebagai jurnalis dan penulis buku buku independen (indi) bertema perang, sejarah, dan olahraga.

Karya karyanya memiliki aksen dan gaya narasi yang enak diikuti dan empatik. Dia senantiasa menempatkan dirinya masuk pada nuansa dan cerita cerita yang ia tulis. Bahkan saking empatiknya, dalam penggambaran dan tulisannya, dia bisa mengajak pembaca masuk dalam suasana tulisannya. Ia seolah menjadi sosok yang ia ceritakan dalam sebuah kisah. 

Karena pengetahuannya tentang sejarah dan olahraga, Kok juga sering tampil di program radio dan televisi. Dia adalah seorang karyawan NRC Handelsblad, majalah mingguan Vrij Nederland dan VARAgids. 

Kolom sepak bolanya di HP/De Tijd dibundel pada tahun 2000 sebagai sebuah buku dengan judul Balverliefd. Ada juga biografi pesepakbola nasional terkenal dari Belanda. Ia pernah menjadi kapten kesebelasan Belanda. Johan Kruif. 

Sementara kolom yang ia tulis sebagai penulis sejarah kota untuk Het Parool diterbitkan sebagai buku pada tahun 2014 (Wanita kesepian di Amsterdam). 

Ketika Kok datang ke Surabaya pada 16 Juli 2023, ia didampingi oleh istrinya, Dido Michielson, juga seorang penulis buku buku sejarah. Mereka berdua ketika di Surabaya, menjelajah Makam Eropa Peneleh dan perumahan dinas pegawai kereta api di Gubeng, tepatnya Pacar Keling. Dido adalah cucu dan anak dari keluarga pegawai kereta api Staatsspoorwegen (SS) di zaman Hindia Belanda. Dido kini mulai menulis sejarah orang tua dan kakeknya. Bapaknya lahir di Surabaya. 

Baca Juga  Kelurahan Nyamplungan Mulai Gunakan Aksara Jawa. 

Ketika Auke Kok menjelajah jejak dua sahabat  keluarga Van Leeuwen Boomkamp dan Anton Mussert mulai dari Surabaya, Tretes dan Pasuruan, Dido sudah pergi ke Universitas Gajah Mada di Jogjakarta untuk memberi kuliah tentang masa masa perang di Indonesia. 

 

Penjelajahan Auke Kok Bersama Begandring.

Auke Kok, dalam penelusurannya di Tretes dan Pasuruan, didampingi oleh Tim Begandring Soerabaia, kelompok pegiat sejarah Surabaya. 

Tim gabungan Begandring Soerabaia dan Auke Kok Amsterdam. Foto: Begandring.

Kawasan pertama di Surabaya adalah kawasan militer Angkatan Laut di jalan Opak. Selanjutnya ke dataran tinggi Tretes dan terakhir di kota Pasuruan. 

Menurut Kok, dalam penjelajahan itu, ia tidak hanya berhasil mendapatkan jejak jejak penting yang terkait dari dua sahabat keluarga Van Leeuwen Boomkamp dan Anton Mussert. Tetapi dalam prosesnya didapati petunjuk petunjuk menarik baik dari warga setempat maupun data data penting yang ditelusuri tim Begandring dalam perjalanan. 

Di tengah perjalanan, terpesona dengan Candi Jawi. Candi Jawi digunakan dalam brosur Biro Van Vloten. Foto: Begandring

Agung Widyanjaya dan Navy Eka Pattiruhu adalah tim Begandring yang membidangi sejarah perkeretaapian dan pabrik pabrik gula, yang selanjutnya berkontribusi dengan temuan data terkait jejak dua sahabat di Tretes melalui laman Delpher.nl.

Di sepanjang perjalanan mulai dari Surabaya hingga Tretes: Agung, Navy, Auke dan penulis, terus berdiskusi tentang mengapa Auke melakukan penelusuran sejarah persahabatan keluarga Van Leeuwen Boomkamp dan Anton Mussert. Mussert sendiri ketika kembali ke negeri asalnya pada akhir dekade 1930-an, sempat menjadi politisi terkenal di negeri Belanda. 

Ia orang kaya dan berpengaruh. Ia memiliki bisnis properti di berbagai tempat di negeri Belanda. Tapi seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan politik di negerinya, ia akhirnya tersingkir. Ia harus membayar denda atas kesalahannya politik. Akibatnya, seluruh aset disita negara. Ia bangkrut dan bahkan anak turunnya tersandung masalah yang bersifat politis karena jejak pendahulunya yang dikaitkan dengan Nazi Jerman. 

Baca Juga  Bangunan Kuno di Surabaya Bakal Dikategorikan Secara Tematik

Selanjutnya, anak turunnya sulit mencari pekerjaan, sulit bersosialisasi ketika mereka masih menyandang nama keluarga “Mussert”. Dengan segala upaya, anak turun Anton Mussert bangkit dan salah satunya adalah upaya membuat biografi tentang Anton Mussert. Sebagian kisah Anton Mussert terjadi  di Hindia Belanda, khususnya Surabaya, Tretes dan Jember. 

Oleh karena itu, Auke Kok, yang menulis otobiografi Anton Mussert, datang langsung ke Indonesia dan mengunjungi jejak jejak Anton Mussert di Surabaya, Tretes, Pasuruan dan selanjutnya hingga ke kawasan perkebunan tembakau di Jember. 

 

Sumber informasi 

Selain Tim Begandring yang menjadi sumber dan narasumber sejarah, Auke Kok juga mendapat petunjuk dari warga setempat. Bersama Tim Begandring, Auke Kok bertanya tanya ke pengelola kedai dan juru parkir di Tretes. 

 

Kantor Biro Van Vloten di Surabaya. Foto: doc
Gedung yang sama yang selanjutnya terkenal dengan Apotik Simpang. Foto: ist

Berdasarkan data yang berhasil dicari melalui laman Delpher.nl, diketahui informasi tentang usaha properti di Tretes. Yaitu Villa Park, Tretes. Berada di lereng pegunungan Arjuno, aset keluarga Van Leeuwen Boomkamp tersebar di lereng lereng. Aset ini dikelola oleh NV Woning -en Administratie Bureau Van Vloten, yang berkantor pusat di Simpangplein 6 Surabaya, satu gedung dengan Apotik Simpang. 

Salah satu villa di Villa Park Tretes yang dikelola Biro Van Vloten. Foto: doc

Dari sejumlah villa villa dan bungalow, ditemui salah satu bangunan villa sesuai dengan foto yang ada pada buku dokumen dari laman Delpher.com. Keindahan villa yang bernama Tretes Bungalow masih terlihat jelas dan masih terawat dengan baik. Dicat merah merona dan berdiri di atas bukit kecil dengan taman berumput yang luas di sekitarnya. 

Villa yang masih eksis hingga sekarang. Foto: Begandring.

Selain itu juga ditemukan properti yang tidak hanya terdiri dari penginapan tapi juga ada kolam renang. Penginapan ini tergolong sangat mahal kala itu. Sekarang menjadi sebuah hotel yang bernama Pinus Garden. Ditemukannya peninggalan Biro Van Vloten ini juga atas petunjuk dari data Delpher.nl dan petunjuk warga setempat yang mengkonfirmasi nya. 

Happy ending dengan segala temuan di PG Kedawoeng. Foto: Begandring.

 

Setelah mendapati jejak Anton Mussert dan keluarga Van Leeuwen Boomkamp, Auke membungkusnya dengan senyum gembira. Selanjutnya turun ke kota Pasuruan yang menjadi ibukota Karesidenan Malang kala itu. (nng). 

 

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *