Risalah Suci Candi Selokelir

Hari Sabtu – Minggu lalu, tepatnya 12 sd 13 April 2025, Komunitas Sejarah MJS [Menapak Jejak Sejarah] yang dipunggawai oleh Muhammad Fahmi mengadakan kegiatan Halal Bi Halal bertajuk “Risalah Suci” yang bertempat Candi Selokelir dikaki Gunung Penanggungan.

Sebagaian peserta yang akan menuju Candi Selokelir, keberangkatan dibagi dalam 3 etape.

Risalah Suci dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pengusaha, penggiat sejarah, pendaki gunung, ustadz, artis lokal Jawa Timur dan juga para spiritualis.

Komunitas sejarah yang memiliki jargon “Tunggal Wadah Wegah Bubrah” ini juga mengadakan sarasehan sejarah yang dibawakan oleh dua narasumber dari Begandring Soerabaia, dalam hal ini Om TP Wijoyo membawakan materi “Candi Selokelir Tempat Ritual Resi dan Bangsawan Mojopahit”, dengan sangat menarik dan apik Om TP membawakan materi hingga membius semua audiens.

Peserta dari Begandring Soerabaia bergambar bersama rekan-rekan peserta lainya.

Om TP Wijoyo menyampaikan bahwa Gunung Penanggungan memiliki ketinggian 1653 meter diatas permukaan laut ini, secara administrasi terletak di Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Mojokerto.

Gunung Penanggungan memiliki banyak sekali situs purbakala. Dimana situs purbakalan dan peninggalan kekunoan klasik itu menyebar hampir di seluruh lereng Gunung Penanggungan.

Laporan tertulis tentang kekunoan / purbakala di Gunung Penanggungan sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Salah satunya adalah Laporan N.J Krom dalam “Inleiding tot de Hindoe-Javaansche Kunst vol II 1923 edisi Revisi II hal 399”, yang menyebutkan “Broekveldt” seorang kontrolir Belanda menemukan suatu situs di sebuah kebun kopi di daerah Balangdukuh pada tahun 1900. Situs itu sekarang terkenal dengan sebutan Selo/Watu kelir. Tempat ini juga pada tahun 1915 pernah dikunjungi oleh Leydie Melville, bahkan banyak foto-foto yang memuat keterangan-keterangan mengenai daerah ini dan kekunoan lainnya di Gunung Penanggungan.

Baca Juga  Kukuhkan Surabaya sebagai Titik Jalur Rempah Nusantara
Sebagian dari reruntuhan Candi Selokelir.

Pada masa kolonial, Candi Selokelir diberi kode penamaan saat pendataan dengan nama “kepurbakalaan XXIII”. Candi Selokelir berada di sisi barat daya Gunung Penanggungan, tepatnya di lereng Gunung Saraklopo. Untuk mencapai lokasi Candi Selokelir bisa ditempuh melalui Desa Kedungudi, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.

Lokasi situs Candi Selokelir sangat luas. Sebaran struktur batu sebagai penyusun bangunan berundak sangat besar. Setidaknya terdapat 5 hingga 6 teras di Candi Selokelir. Secara bentuk bangunan, Candi Selokelir termasuk kategori “Bangunan Punden Berundak”, dan banyak dijumpai di situs lainnya di Gunung Penanggungan.

Candi Selokelir memiliki banyak ragam hias hingga relief yang sangat detail dan bagus. Menurut beberapa sejarawan, relief Candi Selokelir menceritakan kisah panji. Di lokasi Candi Selokelir juga pernah ditemukan arca sosok Panji (bertekes / memakai semacam topi) dengan tinggi 125 cm. Kini arca tersebut tersimpan di Perpustakaan Seni Rupa ITB Bandung.

Tidak sedikit temuan arca-arca di Candi Selokelir. Ada arca perwujudan dengan langgem / ciri masa Majapahit, hingga arca Panji. Menurut pitutur juru kunci Candi Selokelir, pernah ditemukan semacam “watu kenong” yang mirip peralatan gamelan.

Sebagian reruntuhan Candi Selokelir.

Riwayat kegiatan “Eskavasi di Candi Selokelir” yang dilakukan oleh Tim BPCB / BPK XI Jawa Timur, sebagai berikut :

1. Tahap I tahun 2020

2. Tahap II tahun 2022

3. Tahap III tahun 2024

Pada saat eskavasi pernah ditemukan 2 batu angka tahun, yaitu : 1360 saka (1438 M) dan 1356 saka (1434 Masehi). Berdasarkan temuan angka tahun tersebut, merujuk pada masa pemerintahan raja Suhita yang memerintah kerajaan Majapahit.

Diduga fungsi Candi Selokelir dulunya merupakan tempat pemujaan “Dharma Karesian” (kedewaguruan) dan juga tempat ritual keluarga bangsawan Majapahit. Hal ini karena melihat komplek situs yang besar, dan bangunan berelief indah, serta terdapat ornamen pendukung seperti arca perwujudan raja.

Baca Juga  Surabaya Bergerak Demi Pelestarian Aksara Jawa. 

Kegiatan Halal Bi Halal Risalah Suci Candi Selokelir semakin menarik saat semua peserta mengadakan upacara bendera yang semua perangkat dari para peserta kegiatan, tampak beberapa peserta upacara tak bisa menahan haru pasca upacara bendera.

Pengibaran bendera diiring lagu Indonesia Raya yang penuh hikmat sehingga membuat beberapa peserta terharu

Untuk melengkapi kegiatan, maka Bakti Candi Selokelir diselenggarakan sekaligus menjadi penutup dari semua kegiatan di hari itu, setelah itu semua peserta membersihkan area camp dan mengemasi perlengkapan dan kembali ke pos perijinan pendakian Gunung Penanggungan di Kedungudi.

Ketua Begandring Soerabaia bersama Kang Damar dari Lawang

Terima kasih tak terhingga kami ucapkan kepada rekan-rekan MJS [Menapak Jejak Sejarah] atas kegiatan yang luar biasa ini dan semoga mendapatkan manfaat dari apa yang telah kami berikan.

Salam persahabatan penuh persaudaraan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *