Lagi, Subtrack Temukan Rumah Tokoh dan Artis di Kampung Kebangsren-Ketandan

Begandring.comMenelusuri gang-gang sempit sembari berinteraksi langsung dengan warga adalah model baru yang sedang dikembangkan Subtrack. Peserta bukan hanya diajak berwisata, tetapi juga menjalin makna dan cerita bersama.

Surabaya Urban Track (Subtrack), jelajah wisata jalan kaki yang diinisiasi Begandring Soerabaia, kembali digelar Minggu (3/3) di kawasan Tunjungan dan perkampungan sekitarnya.  Model pelibatan warga dalam Subtrack belakangan terbukti ampuh mengungkap kisah baru dan unik di kawasan yang ditelusuri. Peserta diajak berpetualang bersama warga untuk menemukan kisah unik.

Ada bekas kuil India, rumah artis Ratno Timoer, rumah penyanyi Gombloh, hingga ditemukan makam di dalam rumah.

Sejak pertama kali masuk gang Ketandan, pemandu langsung bertanya ke salah satu warga yang berjualan, apakah ada kisah unik di kawasan ini. “Di sini adalah area pemukiman warga India, tokoh india yang terkenal, Raam Pundjabi, asalnya lahir dari rumah pojokan itu,” terang Aminah, warga setempat, sambil menujukkan gang selebar dua meter.

Subtrackers menyusuri gang-gang sempit di Kebangsren dan Ketandan. Foto: Begandring.com

Keterangan ini ditimpali ketua RW setempat. Dia menjelaskan, saking banyaknya orang India, di kampung ini juga ada kuil Hindu. Dia menujukkan bangunan kolonial yang dimaksud. Yoni Astuti, salah satu peserta makin penasaran. Dia banyak bertanya ke warga tentang komunitas India di kawasan ini. Peserta lain juga berebut mengambil foto bangunan bekas kuil ini.

Perjalanan berlanjut karena arahan warga agar mampir ke masjid yang terdapat angka tahun 1915.  Dari sini warga lainnya menjelaskan jika Kampung Ketandan dulu bekas kompleks pemakaman Tionghoa. Apa buktinya?

“Ayo saya tunjukkan bekas nisan yang sekarang jadi penutup saluran,” ujar warga lainnya.

Baca Juga  Koridor Jalan Tunjungan Wujud Dimensi Sosial Adaptive Reuse

Benar saja, bekas nisan  itu tidak hanya di lantai gang, tapi juga teronggok di sudut-sudut rumah warga. Bahkan ada warga lain yang menggiring memperlihatkan ornamen makam Tionghoa lain. Paling banyak temuan patung kilin, singa dalam mitologi Cina yang ada di sudut-sudut gang.

Kilin, patung Singa khas Cina, di sekitar Kampung Kebangsren dan Ketandan. Foto: Begandring.com

Suasana makin seru, karena seorang warga mengungkap, jika di Kebangsren gang III ada rumah artis era 1980an, Ratno Timoer. Bikin penasaran, rumah yang dimaksud kemudian didatangi. Penghuni rumah ditemui dan mengakui jika dia adalah keponakan sang pemeran Si Buta dari Gua Hantu.

Kesaksian itu dibenarkan warga lain. Dari rumah itu pula diketahui jika penyanyi Gombloh juga tinggal di kawasan ini. Di kampung Kebangsren Gang I.

“Ayo kita ke sana,” ajak Listya, salah satu peserta sambil antusias.

Saking semangatnya menyusuri gang-gang kecil yang belum pernah dilewati, peserta sempat tersasar. Sampai Budi, seorang ketua RT memandu menuju ruang terbuka di tengah gang. Dari sini dia menunjukkan rumah masa kecil Gombloh. Dia juga menujukkan rumah saudara penyanyi legenda era 1980an itu.

Makin hangat, karena pengurus kampung keturunan Tionghoa ini mengajak puluhan peserta masuk rumahnya. Dia menujukkan satu makam Tionghoa yang tersisa berada di pekarangan samping rumahnya.

“Saya hidup bersama jenasah satu keluarga Tionghoa yang tidak mau dipindah,” kelakarnya.

Kuncarsono, Pemandu Subtrack, mengajak peserta melihat sisa-sisa batu nisan dengan inskripsi aksara Cina/Hanzi. Foto: Begandring.com

Benar saja, makam itu masih utuh. Gundukan tangah ukuran 10 meter persegi itu masih ada, dilengkapi nisan batu berinskripsi aksara Mandarin kuno.

“Kawasan Embong Malang ini kompleks pemakaman Tionghoa kuno, bahkan di peta tahun 1866, era seluas kurang lebih 20 hektare ini penuh makam,” terang Kuncarsono Prasetyo, pemandu Subtrack. Tahun 1950an, pemakaman ini sudah ditinggalkan dan mulai ditempati warga.

Baca Juga  Festival Peneleh 2023, Sinergi Pemkot Surabaya, Bank Indonesia, Begandring Soerabaia, dan FIB Unair dalam Kembangkan Wisata Kampung Sejarah Peneleh.

Subtrackers edisi Tunjungan berfoto bersama kru Subtrack. Foto: Begandring.com

Menurut Direktur Subtrack, Toufan Hidayat, konsep Subtrack yang menyusuri objek dengan berinteraksi dengan warga ini adalah model baru yang sedang dikembangkan.  Dengan cara ini, peserta  sengaja diajak menginvestigasi dengan cara berinteraksi bersama warga. Tujuan Subtrack  terus baru dengan kisah baru. Bahkan panitia juga baru tahu.

Baca: Subtrackers Begandring Temukan Rumah Lahir Perempuan-Pejuang Surabaya, Isbandijah Soengkono

Model Subtrack seperti ini dua pekan lalu juga berhasil menemukan Rumah pahlawan, keluarga Mayjen Sungkono ketika menyusuri kampung Plampitan.  “Kami mengajak berpetualang, pesarta mendapatkan pengalaman baru. Dari sekadar jalan-jalan dan mendengarkan cerita umum,” pungkas Toufan. (*)

 

Foto-foto lain Subtrack edisi Tunjungan

Penulis: Kuncarsono Prasetyo

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *