Dispusip Kota Surabaya Koordinasi Siapkan Nama Nama Beraksara Jawa.

Begandring.com: Surabaya (13/9/23) – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip)꧌ꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Kota Surabaya bergerak cepat setelah mendapat instruksi dari wali kota Surabaya ꧌ꦌꦫꦶꦕꦭꦾꦣꦶ꧍Eri Cahyadi (11/9/23) terkait penggunaan aksara Jawa pada instansi dan kantor kantor di lingkungan Pemerintah ꧌ꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ꧍Kota Surabaya.

Pada selasa petang (12/9/23) Kepala Dispusip ꧌ꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ꧍Kota Surabaya, Mia Santi Dewi, mengundang komunitas ꧌ꦧꦼꦒꦤ꧀ꦢꦿꦶꦁ꧍ Begandring Soerabaia sebagai pihak pengusul digunakannya aksara Jawa, khususnya di kota Surabaya. Mewakili Begandring adalah Tri Wijoyo dan Nanang Purwono. Juga hadir dalam pertemuan koordinasi itu adalah Tokoh Penggerak Budaya Surabaya, AH Thony.

Koordinasi persiapan penulisan aksara Jawa untuk kantor dan instansi di lingkungan Pemkot Surabaya. Dari kiri ke kanan: Mia Santi Dewi, AH Thony, Nanang Purwono, Tri Wijoyo dan Anang. Foto: nng/Begandring.

Menurut Mia, perintah walikota untuk penggunaan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa di lingkungan pemerintah kota ini perlu dikomunikasikan ke pihak pihak yang memiliki kompetensi di bidang tata tulis aksara Jawa. Begandring Soerabaia sebagai pengusul memiliki orang orang yang mumpuni baik di bidang sejarah ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍aksara Jawa maupun tata tulis aksara Jawa.

Untuk itu, ꧌ꦧꦼꦒꦤ꧀ꦢꦿꦶꦁ꧍Begandring juga sudah terlebih dahulu berkoordinasi dengan mitra mitra Begandring yang memiliki kompetensi di bidang penulisan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa

 

Instansi dan Kantor Beraksara Jawa

Dalam daftar nama kantor dan instansi di lingkungan pemerintah, yang akan diberi nama dalam ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa, tidak hanya Balai Kota dan kantor kantor dinas, tapi menyeluruh dari kecamatan hingga kelurahan. Daftar nama itu sudah disiapkan dan dibuat oleh Dispusip ꧌ꦏꦺꦴꦠꦯꦸꦫꦨꦪ꧍ Kota Surabaya.

Dalam koordinasi malam itu, untuk sementara yang disepakati dalam hal penggunaan font aksara adalah penggunaan aksara yang sederhana dan mudah dibaca yang familiar dengan font yang umum diajarkan di sekolah sekolah.

Baca Juga  Tempat Lahir Bung Karno Jadi Inspirasi Pelurusan Sejarah HJKS
Tri Wijoyo memaparkan perbandingan antara Aksara Jawa (Carakan) dan Jawa Kuno (Kawi). Foto; nng/Begandring.

Pegiat sejarah dan budaya Tri Wijoyo (Tepe), mewakili ꧌ꦧꦼꦒꦤ꧀ꦢꦿꦶꦁ꧍ Begandring Soerabaia sempat memaparkan dan membandingkan dengan aksara Jawa Kuna (Kawi) yang menjadi induk dari aksara Carakan.

Dalam diskusi itu, koordinasi juga dilakukan secara online (by Whatsapp) dengan anggota tim ꧌ꦧꦼꦒꦤ꧀ꦢꦿꦶꦁ꧍ Begandring yang memiliki kemampuan menulis Jawa. Salah satu yang dikomunikasikan adalah mengenai jenis font aksara Jawa yang akan dipakai. Tim ini akan menilai tepat tidaknya penulisan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa nya.

Sebagai sebuah alat komunikasi dan informasi instansi, maka jenis font dipilih yang sederhana, mudah dibaca dan tentu saja memiliki estetika dan keindahan. Menurut Ita Surojoyo, penulis buku anak Nusantara beraksara Jawa ꧌ꦠꦶꦠꦶꦠꦶꦏꦸꦱ꧀ꦲꦩ꧀ꦧꦼꦒ꧀ꦮꦼꦭꦱ꧀ꦲꦱꦶꦃ꧍”Titi Tikus Ambeg Welas Asih” setidaknya ada 30 jenis font. Ke-tiga puluh jenis font ini adalah Nayaka 2022, Ngayogyan Miring, Tuladha Jejeg, Carakan Jawa, AB Wulang dan Damarwulan-bw, New Kramawijaya 1, Nawatura dan Gengs Kobra Elisanti

 

Jenis jenis font aksara Jawa. Foto: IS/Begandring.

Sementara penulisan nama kantor dan instansi dalam ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍aksara Jawa masih dalam proses editing aksara. Ita menambahkan bahwa sebagai tanda nama yang bersifat publik harus mudah dibaca tetapi tetap memperhatikan estetika dan keindahan.

Sementara itu Tokoh Penggerak Budaya, AH Thony, menuturkan bahwa penggunaan aksara Jawa seiring dengan kebijakan walikota, selain harus informatif, kehadirannya harus edukatif. Yaitu aksara yang selaras dan diajarkan di sekolah sekolah. Sehingga nama nama dalam ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa dapat menjadi media penunjang ajar di luar sekolah.

“Jadi siswa bisa sekaligus belajar membaca aksara aksara yang dipasang di kantor kantor pemerintah. Bila perlu pemakaian ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍aksara Jawa itu di mana-mana di tempat umum seperti di mal mal”, pungkas Thony. (nng/Carakan: IS) 

 

Baca Juga  Jelajah Jalur Rempah, Belajar Keberagaman

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *