Koleksi beraksara Jawa ꧌ꦧꦼꦂꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧌ di Museum Pendidikan Surabaya. (*)

Begandring.com: Surabaya (21/8/22) – Ada banyak sekali destinasi wisata luar biasa yang ditawarkan pemerintah kota Surabaya. Selain popular dengan ragam kuliner seperti rujak cingur, lontong balap, dan sambal pedasnya, Surabaya juga memiliki daya tarik lain, yaitu museum. Dari sekitar 439 museum yang ada di seluruh Indonesia, 13 di antaranya ada di Kota Surabaya. Salah satu museum tersebut adalah Museum Pendidikan yang diresmikan oleh Walikota Tri Rismaharini pada 25 November 2019 dan terletak di Jalan Genteng Kali No. 10 yang saya kunjungi pada Minggu, 20 Agustus 2013.

Museum ini terletak di tepian Sungai Kalimas, menyatu dengan Taman Ekspresi yang diresmikan pada 7 Mei 2011 oleh Walikota Surabaya periode 2010-2015, Tri Rismaharini. Selain asri dengan banyak pohon, tempat ini juga sudah dilengkapi dengan area parkir berbayar, 3.000 rupiah untuk sepeda motor dan 8.000 rupiah untuk mobil. Fasilitas yang tersedia di Museum Pendidikan cukup lengkap, antara lain diorama kelas, meja kursi taman di halaman, toilet, ruang laktasi, dan musala. Lalu, apa saja koleksi museum ini?

Sebelum kita menjelajahi setiap ruangan di Museum Pendidikan Surabaya, kita akan disapa oleh petugas yang mengarahkan kita agar memindai barcode tiket yang dipasang di sebelah kanan pintu museum, berdekatan dengan meja petugas. Jika terjadi kendala pada proses pemindaian, makan petugas akan meminta kita untuk mengisi form kunjungan museum melalui website https://tiketwisata.surabaya.go.id/. Kemudian setelah kita mendapatkan tiket online (gratis) petugas akan memindai tiket online kita dengan ponsel lalu mempersilahkan kita masuk ke ruangan.

Memasuki ruangan museum, terpajang diorama manusia purba sedang menyalakan api di sebelah kiri kemudian diikuti oleh koleksi lainnya seperti buku dan naskah kuno, lontar, dan beberapa narasi koleksi museum di sebelah kanan sejajar dengan dinding. Museum ini menampilkan Sejarah Pendidikan mulai dari pra aksara, zaman kerajaan, kolonial, perjuangan hingga kemerdekaan.

Baca Juga  Ngantor di Lodji Besar, Wali Kota Surabaya Janji Benahi Peneleh
Salah satu koleksi berupa naskah/buku kuno yang ditulis dalam aksara Jawa. Foto: is/Begandring.

Salah satu yang menarik perhatian saya adalah koleksi naskah berbahan kulit yang berisi Macapat. Keterangan yang ditulis di bawah koleksi menyebutkan bahwa naskah tersebut diawali dengan Pupuh Asmarandana. Selain tembang macapat, ada juga koleksi beraksara Jawa lainnya yang ditulis di atas kertas, menceritakan tentang Nabi Muhammad dan keturunannya. Namun kondisi naskah tersebut sudah banyak yang rusak sehingga aksara Jawa sudah banyak yang tidak terbaca. Meskipun terdapat keterangan koleksi namun tidak ada keterangan naskah tersebut ditulis kapan.

Manequin dengan seragam sekolah mulai jenjang SD, SMP hingga SMA. Foto: is/Begandring.

Menuju ruangan berikutnya, kita bisa melihat patung seorang anak sedang belajar mengaji dengan guru. Pada ruangan dengan tema ‘era kolonial’ terdapat sepeda yang dipajang lengkap dengan patung yang menggambarkan sosok guru laki-laki membawa tas kulit dan memakai songkok. di ruangan ini juga terdapat koleksi mesin ketik kuno, lampu teplok, buku, majalah dan bangku sekolah yang pernah digunakan di sekolah tempo dulu.

Di bagian belakang ruangan ini terdampar patung yang menggambarkan seragam anak sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar yaitu merah putih, biru putih untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan abu-abu putih yang dipakai untuk seragam murid tingkat SLTA.

Makan (snack) minum harus bawa sendiri karena tidak tersedia kantin di sini. Foto: nng/Begandring.

Museum ini melayani pengunjung mulai dari pukul 08.00 -21.00 WIB. Namun seperti museum lainnya, museum ini tidak memberi layanan pada hari Senin. Museum Pendidikan Surabaya ini bisa dikatakan ramah pengunjung mancanegara karena narasi yang disajikan sudah menggunakan Bahasa Inggris. Namun, jika Anda ingin berkunjung dan berdiskusi di bangku halaman cukup lama, sebaiknya Anda tidak lupa membawa bekal minum karena museum ini tidak menyediakan kantin. Selain itu, area ini cukup jauh dari pusat pertokoan, warung atau kuliner sehingga yang memungkinkan hanyalah layanan makanan dan minuman dari aplikasi online. (IS) ‌‌꧋ꦆꦠꦯꦸꦫꦗꦪ꧉

Source : www.itasurojoyo.com

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *