Nanang Purwono Menuju Anugerah Kebudayaan Indonesia 2024

Begandring.com-Nanang Purwono dari Komunitas Begandring Soerabaia diusulkan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur sebagai nomine penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia 2024. Rekam jejak dan dedikasinya dalam hal pemajuan kebudayaan dan sejarah khususnya di Surabaya menjadi pertimbangan utama. Berikut adalah profil singkat Nanang Purwono serta karya-karyanya, seperti yang dituliskan oleh Eva N.S. Damayanti* 

Nanang Purwono adalah salah satu orang yang diusulkan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur sebagai nominator penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia kategori Pelestari (perseorangan) karena adanya berbagai pertimbangan. Nanang Purwono adalah seseorang yang sudah malang-melintang di dunia jurnalistik, pemandu wisata, dan juga komunitas yang semua berbasis pada peminatan bidang sejarah budaya (utamanya di Kota Surabaya) sejak puluhan tahun yang lalu.

Sepak terjang Nanang Purwono dalam berorganisasi dan berkecimpung di bidang kebudayaan dimulai sejak usia remaja. Ia pernah mengikuti pertukaran pemuda di Kanada. Di sana, laki-laki kelahiran Surabaya tahun 1967 ini mengenalkan budaya Indonesia, utamanya Jawa Timur agar dapat berbaur dalam pergaulan internasional, mengikuti pemilihan Cak dan Ning Suroboyo, menjadi finalis dan aktif di wadah organisasinya.

Nanang Purwono mempunyai pengalaman menjadi seorang jurnalis televisi, media cetak serta mendirikan dan mengisi konten berbagai portal berita. Pengalaman pertama di bidang pertelevisian adalah ketika ia bekerja di TVRI Jawa Timur tahun 1997 dan kemudian tahun 2001 bergabung dengan stasiun televisi milik Jawa Pos Grup yaitu JTV. JTV merupakan televisi lokal pertama yang mengusung konsep kedaerahan dan bangga akan lokalitas tersebut. Selama berkiprah di JTV, Nanang pernah menjabat sebagai produser hingga wakil pimpinan produksi.

Tim Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur mewawancarai Nanang Purwono di Lodji Besar Peneleh. Foto: Eva N.S Damayanti

Apa itu Anugerah Kebudayaan Indonesia? Dilansir dari situs resminya di https://anugerahkebudayaan.kemdikbud.go.id/, Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) adalah kegiatan pemberian penghargaan di bidang kebudayaan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi kepada individu, komunitas/kelompok, dan/atau lembaga yang berprestasi atau berkontribusi dalam Pemajuan Kebudayaan.

Nanang Purwono adalah orang yang membidani kelahiran serta terlibat dalam proses produksi beberapa mata acara bertema sejarah dan budaya di JTV antara lain:

  1. Pojok Kampung, yakni program berita menggunakan bahasa Suroboyoan. Karena keunikan bahasa Suroboyoan ini, Pojok Kampung menempati ranking pertama bedasarkan Survey AC Nielson dan karenanya selalu menjadi pilihan pemasang iklan. Penggunaan bahasa Suroboyoan ini dimaksudkan sebagai upaya pelestarian Bahasa Ibu di Surabaya.
  2. Blakraan, yakni sebuah program dokumenter sejarah budaya di Jawa Timur utamanya Kota Surabaya. Program berdurasi 30 menit ini menggunakan Bahasa Jawa Sub Dialek Surabaya (Suroboyoan). Selain bersifat edukatif, program ini juga bersifat advokatif sebagai upaya pelestarian cagar budaya di Surabaya secara khusus dan Jawa Timur secara umum.. Karenanya program Blakraan selalu melakukan studi banding jika ada liputan  di luar propinsi, misalnya di Jawa Tengah, DIY dan bahkan ke luar negeri seperti di Balanda, Suriname dll.
  3. Cangkrukan, yakni program talk show yang menggunakan Bahasa Suroboyoan dan Jawa yang memiliki maksud dan tujuan sama yaitu melestarikan bahasa lokal. Program ini disiarkan langsung dan dibuka kanal interaktif dengan pemirsa yang bertujuan salah satunya mengajak pemirsa menggunakan bahasa lokalnya,
Baca Juga  Surabaya Lintas Masa: Koloniale gebouwen in het centrum

Selama bekerja di bidang pertelevisian, Nanang kerap dikirim untuk mengikuti pendidikan jurnalistik di berbagai negara seperti Amerika, Australia, dan Kanada. Keaktifan Nanang Purwono dalam bidang jurnalistik juga tercermin dalam upayanya dalam mengelola beberapa portal berita online antara lain: penelehhistory.com, rajapatni.com, omahaksara.id, begandring.com, rekayorek.id, optika.id, siagaindonesia.id dan pojokpitu.com.

Pada tahun 2018, Nanang Purwono bersama dengan para pegiat sejarah Kota Surabaya mendirikan Komunitas Begandring Soerabaia dan ia didapuk menjadi ketua dengan periode tahun 2018 – 2023. Selama bergiat di Begandring, Nanang melakukan inisiasi kegiatan, antara lain:

  1. Surabaya Urban Track – Subtrack yakni sebuah kegiatan rutin bertema wisata sejarah dan budaya untuk memperkenalkan masyarakat kepada potensi lokalnya. Wisata dikemas dengan cara peserta diajak berjalan kaki menyusuri kawasan-kawasan di sekitar Kota Surabaya yang kaya akan tinggalan sejarah. Kegiatan ini berbayar dan peserta akan didampingi pemandu dari Komunitas Begandring. Program Subtrack yang sudah terlaksana dapat diakses di link https://begandring.com/
  1. Film tentang Jalur Rempah di Surabaya yang berjudul “Deklarasi Hak Paten Rempah Cengkeh di Sunan Ampel” – Festival Bumi Rempah Surabaya untuk Dunia. Ajang pembuatan film yang disiarkan di Indonesiana TV ini merupakan kampanya Jalur Rempah dengan tujuan pengajuan status Indonesia sebagai Jalur Rempah Dunia. Nanang Purwono bertindak sebagai produser dan penulis naskah. Film dapat disaksikan di link https://www.youtube.com/watch?v=9remGrl3fbA
  1. Program Kerja Sama Begandring Soerabaia dan TiMe Amsterdam. Pada tahun 2023, Nanang berkesempatan ke Belanda untuk menjalin kerja sama dalam mewujudkan Proyek Revitalisasi Makam Peneleh sebagai Kepustakaan Hidup (Peneleh as Living Library). Terkait proyek tersebut, semua informasi dapat diakses di situs https://www.penelehhistory.com/id/.

Selepas menjadi Ketua Komunitas Begandring Soerabaia tahun 2023, Nanang Purwono mendirikan Komunitas Puri Aksara Rajapatni, sebuah komunitas budaya pelestari Aksara Jawa di Surabaya. Semua kegiatan komunitas ini dapat diakses di https://rajapatni.com/

Nanang Purwono saat tampil di televisi. Foto: Dokumentasi TVRI Jawa Timur

Nanang Purwono juga aktif menulis buku berkaitan dengan sejarah budaya Kota Surabaya, antara lain:

  1. Mana Soerabaia Koe (2006). Buku album ini menyajikan foto-foto lama dan baru, sebagai bentuk komparasi perbuahan zaman. Beberapa tidak hanya berubah, tetapi sudah ada yang dibongkar. Pembuatan beberapa foto baru semuanya dilakukan dengan menggunakan kamera-kamera lama (kuno) dengan film ukuran 120mm
  1. Benteng Benteng Soerabaia (2010). Buku ini menggambarkan dan memuat kisah Surabaya sebagai Kota Pertahanan peradaban. Dimulai dengan deskripsi pertahanan di era klasik (kerajaan), kemudian masuk pada era kolonial, kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
  1. Sourabaya, Kampung Belanda di Bantaran Jalur Perdagangan Kalimas (2011). Buku ini menggambarkan keberadaan kqmpung/kota Eropa yang didirikan oleh Belanda. Letaknya di bagian barat Sungai Kalimas. Hingga sekarang keberadaan kota Eropa ini masih dapat dilihat dan dikenal sebagai bagian dari Kota Tua Surabaya. Kini kawasan ini menjadi kawasan wisata yang tengah dikembangkan oleh pemerintah Kota Surabaya.
  1. Monumen Mas Trip Gunungsari: Upaya Menjaga Identitas Kepahlawanan Kota Surabaya (2020). Buku ini mencatat upaya penolakan rencana perubahan nama jalan dari Gunungsari menjadi Siliwangi. Jalan Gunungsari di Surabaya memiliki catatan sejarah yang luar biasa bagi Kota Surabaya. Karenanya pegiat Surabaya menolak rencana perubahan nama jalan itu. Nama Siliwangi tidak ada kaitan dengan Sejarah Surabaya. Buku ini mencatan segala aksi yang dilakukan pegiat dan aksinya terekan berkelanjutan olem media yang Nanang Purwono tulis di pojokpitu.com.
  1. Jejak Peradaban Maritim Majapahit di Bedanten, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik (2022). Buku ini adalah hasil penelitian dari ekspedisi jejak budaya maritim Majapahit di sepanjang Bengawan Solo, yang diawali dari Jawa Tengah dan berakhir di Kabupaten Gresik. Perjalanan memakan waktu selama satu bulan mulai bulan Juli 2022 dan berakhir pada 17 Agustus 2022.
  1. Meneropong Sejarah Surabaya dari Sungai Kalimas (2023). Buku berjudul Meneropong Sejarah Surabaya dari Sungai Kalimas ini memoptret titik-titik sejarah dan bersejarah yang ada di sepanjang Sungai Kalimas. Tidak kurang dari 70 titik berjajar di sepanjang Kalimas mulai dari selatan hingga utara.
  1. Surabaya Beraksara Nusantara, Kisah Keberanian Kembali Beraksara Jawa, Simbol Jati Diri (2023). Buku ini menceritakan tentang upaya Komunitas Puri Aksara Rajapatni dalam mendokumentasikan dan berbagi informasi terkait dengan pelestarian Aksara Jawa di Surabaya.
  1. Antologi Puisi (dalam proses). Buku ini berisi kumpulan puisi yang ditulis dalam Aksara Jawa. Nanang Purwono pernah mendapat penghargaan dari Walikota Surabaya tahun 2019 sebagai Pegiat Sejarah di Surabaya atas kontribusinya dalam berbagai kegiatan di bidang sejarah baik secara perorangan maupun komunitas. Tahun 2022, ia juga mendapat penghargaan dari Walikota Surabaya karena keterlibatannya dalam penyusunan Buku Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Kota Surabaya.
Baca Juga  Reaktualisasi Nilai Kejuangan dari GNI

Selama menjadi Ketua Begandring Soerabaia, ia juga berhasil membawa komunitas ini meraih penghargaan dari Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia pada tahun 2023 karena peran sertanya dalam upaya mengajak masyarakat untuk turut melestarikan sejarah dan jejak-jejak arkeologis di Kota Surabaya lewat program Surabaya Urban Track. Masih di tahun yang sama, Nanang juga membawa Begandring Soerabaia menerima penghargaan dari Walikota Surabaya sebagai komunitas pelestari sejarah dan budaya.

Pada tahun 2023, Nanang mendapat kesempatan untuk mengikuti kursus pelestarian cagar budaya perkotaan (Urban Heritage) di Kota Rotterdam, Belanda. Penghargaan ini diberikan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda, yang bekerja sama dengan Erasmus University.

Kegiatan ini mengundang 20 negara negara yang dianggap memiliki terobosan dalam rangka pelestarian cagar budaya. Dari Indonesia, Nanang Purwono datang atas nama Surabaya.

Baca juga: Begandring Kantongi Diploma Pascasarjana di Bidang Urban Heritage Strategies 2023 dari Erasmus University Rotterdam

Nanang Purwono diundang karena kegiatan-kegiatan yang diampu Nanang Purwono dalam upaya pelestarian cagar budaya karene selalu melibatkan komunitas dan masyarakat sehingga menjadi sebuah gerakan civil society dalam pelestarian cagar budaya. Karena pendekatan inilah kemudian Nanang Purwono diundang berbicara di depan semua peserta dari 20 negara. Karena terobosan itu, Nanang Purwono mendapat penghargaan bahkan diberi grant untuk kerjasama pelestarian Makam Peneleh yaitu Makam Peneleh sebagai Perpustakaan Hidup (Living Library) tahun 2024.

Baca juga: Makam Peneleh Mulai Dipugar, Sinergi Dijalankan

Untuk diketahui, kegiatan pemberian penghargaan di bidang kebudayaan ini telah dimulai sejak tahun 2007. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang pada saat itu sebagai instansi yang menaungi bidang kebudayaan, telah mengadakan kegiatan Penghargaan Kebudayaan melalui program Hadiah Seni. Penghargaan ini terus dilanjutkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2012 hingga saat ini dengan berbagai dinamikanya, sampai akhirnya terbit Permendikbudristek Nomor 47 tahun 2022 tentang Tata Cara Pemberian Penghargaan Kebudayaan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kemendikbudritsek berkomitmen untuk menyelenggarakan Anugerah Kebudayaan Indonesia setiap tahunnya.

Baca Juga  Taman Apsari Berhias Aksara Jawa.

Program apresiasi ini merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap masyarakat yang konsisten berkontribusi, berprestasi dan berdedikasi tinggi terhadap Pemajuan kebudayaan Indonesia. Melalui program ini diharapkan masyarakat dapat mengambil nilai keteladanan para penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia dan memotivasi para penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia untuk terus berkarya. Ada 2 jenis penghargaan pada program Anugerah Kebudayaan Indonesia yaitu:

Gelar dan Tanda Kehormatan dari Presiden, yang terdiri dari:

  • Bintang Mahaputera, atau yang setingkat;
  • Bintang Budaya Parama Dharma, atau yang setingkat; dan/atau
  • Satyalancana Kebudayaan.

Penghargaan dari Menteri, yang terdiri dari kategori:

  • Pelestari;
  • Pelopor dan Pembaru;
  • Maestro Seni Tradisi;
  • Anak;
  • Media;
  • Pemerintah Daerah;
  • Lembaga dan perorangan asing;

*Eva N.S. Damayanti. Reenactor Modjokerto, perangkai repihan masa lalu

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *