Begandring.com – Bulan Bung Karno digelar di bulan Juni. Ini terkait dengan peringatan penanggalan lahir dan wafat Bung Karno. Bung Karno lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya dan wafat di Jakarta pada 21 Juni 1970.
Serangkaian peringatan hari lahir dan wafat Bung Karno di Surabaya diramaikan dengan serangkaian kegiatan yang diinisiasi oleh Komunitas Begandring, Fakultas Ilmu Budaya, dan Pemerintah Kota Surabaya. Mulai dari pameran foto, jelajah sejarah, lomba story telling hingga peresmian perubahan nama SDN Alun Alun Contong I/87 menjadi SDN Sulung sampai lomba bercerita (Story Telling).
Pemakaian nama Sulung adalah untuk mengembalikan nama lama sekolah ketika masih bernama Holandsche Inlandsch School (HIS) Soeloeng di masa kolonial. Di tempat, yang beralamat di jalan Sulung Sekolahan Surabaya inilah, ayahanda Soekarno, Raden Soekeni Sosrodihardjo pernah mengajar sebelum kelahiran Soekarno pada 1901. Peresmian perubahan nama ini langsung dilakukan oleh walikota Surabaya, Eri Cahyadi yang didampingi dan disaksikan oleh Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya: A Hermas Thony dan Reni Astuti pada 17 Juni 2023.
Sementara kegiatan pameran foto bertempat di Basement Balai Pemuda dan masih berlangsung hingga hari ini (Sabtu, 24 Juni 2023). Sedangkan grand final lomba story telling berlangsung di Gedung Merah Putih di komplek Balai Pemuda pada Jumat 23 Juni 2023.
Lomba bercerita dibuat dalam format video pendek ini, 5 menit, yang sesuai dengan jadwal, sudah berlangsung sejak 15 -19 Juni 2023 lalu. Wujudnya berupa pendaftaran dan sekaligus babak penyisihan. Mereka yang dinyatakan lolos penyisihan dapat melanjutkan ke babak selanjutnya di grand final pada 23 Juni 2023.
Kegiatan lomba Story Telling ini digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya dengan juri Kukuh Yudha Karnanta (FIB Unair/Begandring Soerabaia), Kartikanita (pendongeng) dan Inge Ariane Safitri (aktivis Kumpul dongeng). Ada sepuluh pendongeng cilik, yang masuk final. Mereka tersaring dari sekitar 300 peserta.
Jumlah 300 peserta ini menunjukkan tingkat antusiasme peserta dongeng, yang memang sudah semakin populer di kalangan anak anak di Surabaya. Dongeng adalah bentuk literasi melalui aksi oral, yaitu bercerita. Yang menarik dari lomba bercerita ini adalah ketika peserta harus mencerminkan karakter Soekarno.
Secara umum, bercerita memang membutuhkan mimik dan bahasa tubuh untuk menguatkan pesan yang disampaikan. Tetapi ketika harus mengekspresikan mimik dan bahasa tubuh seperti karakter Soekarno, ini yang tidak mudah. Namun dari penampilan para finalis itu, karakter Soekarno dapat terekspresikan.
Bahkan pakaian yang bersifat Soekarnois juga berhasil ditampilkan oleh finalis. Selain berpakaian model safari dan berpeci, juga ada yang berpakaian ala daerah Surabaya sebagai cerminan Soekarnois Arek Surabaya. Pun demikian dengan bahasa yang digunakan. Selain menggunakan bahasa Indonesia, ada juga yang menggunakan selingan bahasa Inggris dan Suroboyoan.
Semua atribut atribut itu adalah identitas Soekarno yang asli Arek Surabaya. Secara umum, usia meraka boleh muda tapi keberanian tampil di depan publik patut diacungi jempol. Bahkan mereka berhasil mencuri perhatian publik melalui kemampuannya masing masing.
Persaingan antar peserta sangat ketat dan mereka all out. Bahkan ada seorang peserta yang kurang enak badan, tapi masih tetap datang untuk memperjuangkan kemampuannya di depan dewan juri.
Para dewan juri pun sangat ketat dalam memberikan nilai karena finalis rata rata berpenampilan bagus. Dari ketiga dewan juri: Kukuh Yudha Karnanta (FIB Unair/Begandring Soerabaia), Kartikanita (pendongeng) dan Inge Ariane Safitri (aktivis Kumpul dongeng), akhirnya keluar keputusan yang tidak bisa diganggu gugat.
Keluar sebagai juara pertama adalah Ken Amrtya Akeela dari SDN Kertajaya Surabaya, juara kedua Ricco Leonard Susanto dari SMP Kristen Petra 3 dan juara ketiga Kevin Fitrah Al Kareem dari SDN Tenggilis Mejoyo I.
Sedangkan penghargaan spesial diberikan oleh Dewan Juri kepada peserta Dwika Nizam Saverio, asal SA Al-Hikmah atas jiwa perjuangannya yang tetap datang dan berlomba meski kurang enak badan.
Mereka dianggap bisa menjuarai berdasarkan penilaian yang berupa penampilan, teknik dan gaya bercerita, penguasaan materi, dan kemampuan dan skill bercerita. (nng)