Ketua Begandring Beri Kuliah di Kelas Internasional FEB Unair

Ketua Begandring Soerabaia Nanang Purnowo mengisi kuliah di kelas Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair), Selasa (20/9/2022).

Nanang menyampaikan materi bertajuk “Budaya Nusantara” kepada 20 mahasiswa dan 2 dosen dari Can Tho University, Vietnam yang sedang mengikuti Student Inbound Program, Program Pertukaran Mahasiswa Internasional di Unair.

That’s the longest greeting in the world and it is in Indonesia (Ini adalah salam terpanjang di dunia dan adanya di Indonesia),” kata Nanang kepada para mahasiswa Vietnam dan mahasiswa FEB di ruang Majapahit, Gedung Syariah Tower, Kampus B, Unair. Kuliah internasional ini juga dihadiri dosen FEB Unair Dr. Miguel Angel.

Sebelumnya Nanang mengucapkan sejumlah salam yang mewakili keberagaam agama dan kepercayaaan. Di antaranya, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat Pagi, Salam Sejahtera, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan, Salam Sehat, Rahayu Rahayu Rahayu.

Nanang lalu menjelaskan, salam merupakan wujud toleransi dan saling menghormati antarsesama, khususnya ketika dalam momen yang sifatnya komunal, di mana hadirin datang dari latar belakang agama dan kepercayaan yang beragam.

Indonesia is not just a letter of A. But, it consists of A, B, C to Z. That means Indonesia is rich in differences (Indonesia tidak hanya terdiri dari huruf A. Tetapi terdiri dari A, B, C hingga Z. Artinya, Indonesia kaya akan perbedaan),” tambah Nanang.

Mahasiswa dan dosen Can Tho University, Vietnam. foto: begandring

Keberagaman Indonesia ini tertuang dalam konsep ideologi bangsa, yakni Pancasila. Kata Nanang, Pancasila memang milik Indonesia, sebagaimana dikonsep oleh Presiden Pertama RI Soekarno  setelah melalui proses perenungan. Tetapi ternyata isi ideologi ini bersifat universal. Artinya, makna dan esensinya bisa diterapkan di mana saja di dunia ini.

Baca Juga  Prasasti Canggu dan Pengembangan Peneleh

“Dunia mengakui. Dunia mengapresiasi pemikiran Soekarno yang telah menjadi ideologi bangsa Indonesia. Terbukti, ketika Soekarno berpidato memperkenalkan idelogi Pancasila di sidang PBB pada 1960, seluruh delegasi bangsa-bangsa standing applause, bertepuk tangan sambil berdiri, ketika Soekarno menyebut masing masing sila dari Pancasila,” jabar jurnalis senior itu.

Menurut Nanang, sila ketiga, Persatuan Indonesia dan moto “Bhineka Tunggal Ika” adalah keajaiban yang bisa mempersatukan Indonesia yang sangat beragam dalam perbedaan. Karena sangat tidak mudah mengatur, mengelola, dan menata sebuah negeri yang isinya berbeda-beda.

Nanang kemudian menjelaskan lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Di mana, para pemuda dari berbagai daerah datang ke Jakarta berikrar satu: bertumpah darah Indonesia, berbangsa Indonesia dan berbahasa Indonesia. Inilah perekat dalam perbedaan.

Difference should not lead to a division, but it should lead to a unity” (Perbedaan seharusnya tidak menjadikan perpecahan, tetapi perbedaan harus menjadi persatuan),” tegas Nanang.

Dr. Miquel Angle berikan penghargaan kepada Nanang Purwono. foto: begandring

Bangsa bangsa di dunia ini sarat akan perbedaan. Jika mereka bisa bersatu, maka tidak akan ada perang, kecuali perdamaian.

Nanang juga menggambarkan bahwa Indonesia dan Vietnam juga memiliki persamaan dan perbedaan. Dengan perbedaan yang ada, jika di sana tumbuh saling toleransi, maka kerukunan dan saling hormat bisa tercipta dalam konteks hubungan bilateral Indonesia-Vietnam.

“Pun dalam konteks hubungan multilateral antarbangsa di dunia. Maka Toleransi adalah kuncinya. Toleransi sudah menjadi bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang penuh dengan perbedaan ini,” ujar Nanang.

Kata da, perbedaan adalah alam kultural bangsa Indonesia. Banyak negara berkaca ke Indonesia. Termasuk para mahasiswa Vietnam yang datang dalam program Student Inbound.

Baca Juga  Kisah Makam Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang Misterius

Selama di Surabaya, para mahasiswa ini  belajar budaya Nusantara. Waktu tinggal di Surabaya memang tidak lama, Tetapi dengan observasi dan tukar menukar pendapat akan memberi gambaran tentang Indonesia.

Nanang mengingatkan kepada seluruh mahasiswa peserta Student Inbound bahwa mereka tidak hanya mempelajari dan mengetahui budaya negara tujuan, tapi pada hakikatnya diajak untuk mengetahui dan mengenal negaranya sendiri.

It’s about values. Once you know the destinstion country values, then you know your own values (Ini tentang nilai. Begitu anda mengetahui nilai dari negara tujuan, anda mengenal nilai anda sendiri),” terang pria kalem ini.

Tinggal di negara lain, yang isinya banyak perbedaan, para peserta dihadapkan pada dua pilihan: bisa beradaptasi atau tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan baru yang berbeda.

Mereka yang bisa beradaptasi, berarti mereka bisa mendapatkan nilai nilai kehidupan dan mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan baik untuk mencapai tujuan dalam berkegiatan di tempat baru yang bersifat sementara itu.

“If you are homesick and can’t adapt to the new world, then you have a culture shock. If you can’t manage the culture shock, your life will be annoyed. Then you fail. (Jika Anda kangen rumah dan tidak bisa beradaptaai terhadap dunia Baru, maka Anda mengalami gegar budaya. Jika Anda tidak bisa mengatasinya, duniamu akan terganggu dan Anda gagal),” pesan Nanang.

Dr Miguel Angel memberi apresiasi dan berterima kasih atas kontribusi Begandring Soerabaia dalam berbagi ilmu yang bermanfaat bagi mahasiswa Vietnam dan mahasiswa Unair dalam program pertukaran mahasiswa. (*)

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x