Begandring.com: Surabaya (19/10/23) – Menyambut ꧌ꦲꦫꦶꦱꦤ꧀ꦠꦿꦶꦤꦱꦾꦺꦴꦤꦭ꧀꧍ Hari Santri Nasional yang jatuh pada pada 22 Oktober 2023, Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya bersama Perkumpulan Begandring Soerabaia menggelar Webinar yang bertajuk “꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍ Makna Aksara Pegon Bagi Bangsa Indonesia” pada Sabtu, 14 Oktober 2023.
Bagi ITS, kegiatan budaya ini sejalan dengan misi ITS untuk memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan manajemen yang berbasis ꧌ꦠꦺꦏ꧀ꦤꦺꦭꦺꦴꦒꦶꦆꦤ꧀ꦥ꦳ꦺꦴꦂꦩꦱꦶ꧍ teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam kegiatan bersama ini, ITS dan Begandring Soerabaia menggandeng Seksi Bahasa dan Sastra Kebudayaan DIY untuk mendiskusikan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍ aksara Pegon, yang masih hidup dan tumbuh di Jawa Timur.
Aksara Pegon adalah abjad Arab, yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa, ꧌ꦩꦢꦸꦫ꧍ Madura dan Sunda serta lainnya. Karenanya secara kasat mata Aksara Pegon ini terlihat seperti Arab, tetapi kalau dibaca, bahasanya adalah bahasa Jawa, ꧌ꦩꦢꦸꦫ꧍Madura dan Jawa serta bahasa lainnya.
Hingga sekarang Aksara Pegon ini umumnya masih digunakan di pondok pondok pesantren, termasuk di Jawa Timur. Karena kedekatan itulah, ITS dan Begandring menggelar webinar aksara Pegon. Alasan lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa kegiatan ini juga untuk mendukung upaya upaya mendaftarkan Aksara Nusantara ke Internationalised Domain Names (IDN).
IDN adalah nama domain yang diwakili oleh aksara Non Latin seperti aksara Arab dan ꧌ꦖꦶꦤ꧍ China serta lainnya. Meski Indonesia memiliki banyak aksara, tapi tidak satu aksara pun telah terdaftar pada IDN.
Dalam webinar yang mengangkat tema “Makna ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍Aksara Pegon Bagi Bangsa Indonesia” dihadirkan pembicara yang selama ini sudah tidak asing dengan aksara aksara Nusantara karena upaya mereka menjunjung aksara Nusantara, termasuk Pegon. Mereka adalah ꧌ꦱꦼꦠꦾꦲꦩꦿꦶꦃꦥꦿꦱꦗ꧍ Setya Amrih Prasaja (Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIY), Diaz Nawaksara (Kuraktor Naskah dan Aksara Nusantara) dan Yova Ruldeviyani (Dosen Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia).
Diaz Nawaksara, kurator naskah kuno dan aksara Nusantara dari Gresik, menjelaskan bahwa ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍ aksara pegon pada dasarnya berasal dari akar aksara Arab, yang ketika dipelajari oleh masyarakat lokal (Jawa, Sunda dan Madura serta lainnya), pemahaman isi dari aksara Arab dalam Al quran ditulis kembali dalam ke dalam bahasa lokal dengan transkripsi aksara Arab. Jadi aksara Pegon ini meski wujudnya terlihat aksara Arab tapi bahasanya adalah bahasa lokal (Jawa, Madura, Sunda dll).
Sementara Yova Ruldeviyani, dosen Fakultas Ilmu Komputer, ꧌ꦈꦤꦶꦮ꦳ꦺꦂꦱꦶꦠꦱꦶꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Universitas Indonesia, mengatakan bahwa di era moderen yang sudah serba digital, keberadaan aksara pegon bisa hadir melalui produk produk kreatif seni dan karya digital. Misalkan aksara pegon hadir pada papan tombol (keyboard) perangkat gadget dan laptop. Dengan demikian ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍ aksara pegon melangkah dalam proses pemajuan mengukuti zaman.
Sedangkan Setya Amrih Prasaja dari Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY memaparkan serta membandingkan antara ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍ aksara Pegon (Indonesia) dan aksara kembarnya, aksara Jawi (Malaysia) dimana Aksara Jawi (Malaysia) sudah terdaftar pada International Domain Names (IDN). Sementara saudara kembarnya, Aksara Pegon (Indonesia) masih belum terdaftar.
Apapun aksara, yang ada di Nusantara, yang kemudian dikenal dengan aksara Nusantara dan di dalamnya adalah ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍ Aksara Pegon adalah identitas bangsa. Banyaknya aksara Nusantara menunjukkan besarnya dan kayanya bangsa ini di bidang peradaban literasi. Bangsa ini adalah bangsa yang cerdas dan beradab serta memiliki alat komunikasi antar manusia yang terwujud dalam bentuk aksara aksara.
Jika semakin ke era kekinian, moderen, aksara sebagai bukti peradaban besar bangsa semakin langka, maka cepat atau lambat jejak kebesaran bangsa ini semakin luntur dan hilang.
Webinar tentang “꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍Makna Aksara Pegon Bagi Bangsa Indonesia” itu dibuka oleh Dr. Hudiyono, M.Si., Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur mewakili Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. (nng).