Para peserta jalan-jalan sejarah yang dikemas dalam program Surabaya Urban Track (Subtrack) benar-benar dimanjakan dengan kunjungan eksklusif dan transfer pengetahuan melalui kelas sejarah. Adapun penyelenggara Subtrack adalah Komunitas Begandring Soerabaia dan didukung Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga.
Salah satunya subtrackers diajak menikmati mengunjungi Gedung PTPN XI di Jalan Merak. Dulu, gedung ini dipakai Handels Verenigging Amsterdam (HVA) atau Asosiasi Pedagang Amsterdam di Surabaya.
“Waktu itu HVA sebagai pusat aktivitas di Jawa yang mengelola empat komoditas, yakni gula, tapioka, karet dan kopi,” terang Achmad Zaki Yamani.
Selain bersejarah, imbuh Zaki, gedung ini juga menjadi saksi pelucutan senjata tentara Jepang oleh rakyat dan pejuang Surabaya. Gedung ini juga pernah dijadikan markas Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jawa Timur pimpinan Prof. Dr. Moestopo.
“Banyak sejarah yang ada di tempat ini, masyarakat juga bisa mengenal dan belajar baik sejarah perkebunan hingga perjuangan mempertahankan kemerdekaan,” jelas dia.
Dalam pembuatan film Soera Ing Baja, Gemuruh Revolusi ’45, HVA menjadi salah satu objek syuting. Film tersebut diproduksi Pemkot Surabaya, TVRI bekerja sama dengan Begandring Soerabaia dan FIB Unair. Sebelumnya, kolaborasi yang sama juga dilakukan dalam film Koesno, Jati Diuri Soekarno yang kemudian menjadi nomine Festival Film Indonesia (FFI) 2022.
“Kami melihat gedung PTPN XI ini saksi sejarah penting kemerdekaan Republik Indonesia yang dulu merupakan gedung HVA dan markas tentara Jepang,” terang Zaki.
Perjalanan berikutnya mengunjungi gedung eks Javasche Bank atau Museum Bank Indonesia di Jalan Garuda 1, Surabaya. Subtrackers mengamati dan menikmati pesona gedung yang tercatat dalam bangunan cagar budaya ini.
Setelah puasa, mereka lalu berkumpul di lantai dua untuk mengikuti kelas sejarah. Mereka duduk di atas lantai yang berasa menyejukkan. Acara ini dipandu Kuncarsono Prasetyo.
Tema yang disajikan dalam kelas sejarah ini disesuaikan dengan tema Subtrack. Selain ada pemaparan, peserta bisa bertanya apa pun tentang keberadaan gedung eks Javasche Bank berikut asal muasalnya.
Kelas sejarah di gedung eks Javasche Bank ini menjadi penutup rangkaian kegiatan Subtrack. Mereka kemudian kembali ke titik kumpul di eks halte Jembatan Merah.
Media Pembelajaran Sejarah
Listya Damayanti, salah seorang peserta Subtrack, mengatakan mengaku senang ikut kegiatan Subtrack ini. Bahkan dia sempat menginformasikan kegiatan Subtrack ini ke kawan dan saudaranya.
“Belajar sejarah bersama Subtrack itu enak dan menyenangkan. Kita ini jalan-jalan ke tempat-tempat bersejarah sambil didongengi. Sepanjang perjalanan kita didongengi oleh guide-guide yang berwawasan luas tentang sejarah,” tutur dia.
“Meski pun berjalan hingga 2 sampai 3 jam, gak terasa. Tahu-tahu sudah selesai. Cara penyampaiannya sangat ngemong,” timpal Listya.
Bagi dia, Subtrack adalah sebuah media pembelajaran sejarah yang menyenangkan. Biasanya belajar sejarah itu membosankan.
“Saya sangat menikmati belajar sejarah dengan metode jalan-jalan sesuai tema yang dipelajari,” tambah Listya.
Tidak hanya Listya, pasangan keluarga Oktastika dan Nitnit beserta anaknya Omar, juga rutin mengikuti Subtrack ini. Bagi mereka, Subtrack adalah wadah dan metode pembelajaran sejarah yang menyehatkan raga dan sekaligus menambah wawasan.
“Sepanjang proses pembelajaran, kami sangat menikmati jalan jalan dan ngumbah moto (melihat-lihat) tempat dan bangunan bersejarah. Apalagi sekarang juga ada kelas sejarah,” tutur ucap Nitnit.
Taufan Hidayat, koordinator program Subtrack, mengatakan, kelas sejarah merupakan model baru dari kegiatan Subtrack. Kelas Sejarah mulai dilakukan sejak program Subtrack mengunjungi kawasan Pecinan Surabaya.
Menurut dia, sudah banyak pihak yang mengajak bekerja sama untuk pembelajaran sejarah melalui kelas merdeka belajar. Di antaranya, SMP Muhammadiyah Surabaya, SMA St Agnes Surabaya, SD Lentera Cardas Surabaya hingga tingkat Universitas seperti ITS.
“Tahun ini, beberapa pihak sudah menghubungi kami untuk menggelar agenda yang sama. Kami sangat bersyukur karena Subtrack dianggap menjadi alternatif wisata di Surabaya,” pungkas Toufan. (tim)