Para Residen Surabaya 1817-1908

Penulis: Om TP Wijoyo

Keresidenan adalah istilah untuk pembagian administratif dalam sebuah provinsi di era kolonial Hindia Belanda. Surabaya pernah menjadi Ibu Kota karesidenan yang wilayahnya meliputi beberapa kabupaten. Yakni, Kabupaten Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Jombang, Gresik, dan Lamongan.

Baca juga: Riwayat Karesidenan Surabaya

Berikut daftar nama-nama Residen yang pernah memerintah Karesidenan Surabaya:

1. Ph.H. Baron van Lawick van Pabst, adalah residen pertama yang menjabat pada tahun 1817, setelah pengambil alihan pemerintahan oleh Komisaris P. Overbeck dan C. Rauws dari tangan Inggris.

2. H. Mac Gillavry, menjabat pada tahun 1825-1827.

3. B.W Pinket van Haak, menjabat pada tahun 1827-1830.

4. H.J. Domis, menjabat pada tahun 1831-1834.

5. Mr. D.F.W. Pietermaat, menjabat pada tahun 1839-1848. Selama hampir 10 tahun memimpin wilayah Surabaya dan juga menjadi satu-satunya residen yang wafat selama menjabat di daerah ini. Dia memperhatikan kepentingan orang pribumi, di antaranya berhasil menghapuskan sistem penyetoran wajib tenaga kerja untuk membangun proyek pertahanan dan untuk menghapuskan pemborongan pasar.

Foto D.F.W. Pietermaat. Sumber: Koleksi Penulis

Dalam perayaan 25 tahun perkawinannya, pada tanggal 28 Oktober 1848, ketika dia secara terbuka menyampaikan ucapan terima kasih, dia menerima sebuah vas perak indah. Empat minggu kemudian, yaitu pada tanggal 30 November 1848, Pietermaat meninggal dalam usia 58 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Peneleh.

Baca juga: Makam Peneleh Mulai Dipugar, Sinergi Dijalankan

6. P.J.B De Perez, menjabat pada tahun 1848-1853, menggantikan Pietermaat. Setelah menjabat 4 tahun di Surabaya, De Perez dipanggil untuk menduduki jabatan sebagai anggota Dewan Hindia. Pada bulan Desember 1853, dia dikirim ke Sulawesi sebagai Komisaris pemerintah, namun dia meninggal karena sakit kepala.

Baca Juga  Gedung Singa, Antara Budaya dan Entitas Perusahaan

Jenazahnya dibawa ke pelabuhan besar terdekat, yaitu Surabaya, dan dimakamkan di Peneleh dengan upacara besar pada tanggal 29 Maret 1859.

Baca juga: Wakil Ketua MA Dikubur dengan Peti Wine di Makam Peneleh

7. P. Vreede Bik, menjabat pada tahun 1853-1857, adalah seorang lawan politik kerja bebas. Di bawah pemerintahannya kembali sistem kerja wajib lama diberlakukan. Pada kesempatan pesta perkawinan perak pada bulan Mei 1856 kepadanya dianugerahi hadiah perak mahal yang dibuat oleh J.M van Kempen di Voorschoten.

8. J h r. Mr. H.C van der Wijk, menjabat pada tahun 1858-1860.

9. O. Van Rees, menjabat pada tahun 1860-1864. Merupakan residen pertama yang menerapkan ide-ide liberal dengan keinginannya sendiri pada tanaman tebu.

Dia sangat dekat dan baik kepada penduduk pribumi. Tapi dia dibenci oleh sebagian penduduk Eropa, terutama oleh para pedagang besar dan industrialis karena memamerkan kekuasaannya secara berlebihan.

Ketika dia ditunjuk untuk menduduki sebuah jabatan lain, di sini orang melihat dia berangkat dengan senang.

10. C.Ph.C. Steinmetz, menjabat pada tahun 1864-1865, dia telah banyak berbuat untuk memperluas dan memperbaiki pendidikan bagi penduduk, mendirikan tempat-tempat potong hewan khusus, dan membuka makam-makam Cina dan pribumi.

11. H.M. Andree Wiltens, menjabat pada tahun 1865-1868.

12. S. Van Deventer, menjabat pada tahun 1868-1873. Kesederhanaannya dan kemampuan yang bersemangat merupakan dua sifat utamanya. Di bawah pemerintahannya dua keputusan penting diambil, yakni menyangkut pembongkaran dinding dan penyediaan uang bagi penggalian kanal Kaboh.

Selanjutnya sebuah komisi yang dipimpin oleh Residen Van Deventer (sehingga jalan itu disebut “Van Deventerlaan”), menyusun sebuah rencana bagi perluasan kota, sehubungan dengan pembongkaran tembok kota. Residen ini sangat disukai oleh penduduk Surabaya.

Baca Juga  Sekolah Kebangsaan Harus Digelar Secara Periodik

Hal ini terbukti dari berbagai peristiwa penting yang diadakan bagi keluarga Van Deventer. Misalnya para perwira yang bertugas pada garnisun mengadakan pentas musim penghormatan dalam api unggun pada kesempatan pengangkatannya menjadi panglima dari Ordo Jesuit Portugis. Dan pada tanggal 25 Juni 1873, dia diangkat menjadi anggota Dewan Hindia. Banyak perwira pada petang itu datang dan memberikan ucapan selamat.

Pada keberangkatannya tanggal 15 Agustus 1873, sebuah kereta yang membawanya ke tempat pendaratan didahului oleh rombongan para bangsawan pribumi berbusana lengkap dan dikawal oleh sejumlah pasukan kavaleri pribumi. Sementara dari jalan Werf sampai ke tempat pendaratan, orang-orang pribumi dan Timur Asing berderet di jalan.

13. Ph.WA. van Spall, menjabat pada tahun 1873-1876. Dia tidak begitu disukai di kalangan warga karena dia menghentikan resepsi dansa, yang sangat digemari orang. Dalam sebuah tulisan yang terbit pada “Soerabaiasch Handelsblad”, dia dikecam habis-habisan, dan ketika mengundurkan diri tidak ada tindakan pemerintahan penting yang dikenang dirinya.

14. F. Beijerinck, menjabat pada tahun 1876-1884.

15. Jhr. C.H.A van der Wijck, menjabat pada tahun 1884-1888. Dia banyak mencurahkan perhatian pada proyek irigasi yang sangat penting bagi wilayah Surabaya.

16. J.C. Th. Kroesen, menjabat pada tahun 1888-1896. Dia membangun sebuah taman di depan rumah Residen. Dan taman tersebut dinamakan “Krosenpark”.

17. H.W. van Ravenswaay, menjabat pada tahun 1896-1901.

18. E.C.A.F. Lange, menjabat pada tahun 1901-1905.

19. R.H. Ebbink, menjabat pada tahun 1905-1908.

Ditulis dan dirangkum dari sumber buku karya : G.H. Von Faber, berjudul “Oud Soerabaia”.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *