Walikota Eri Cahyadi meninjau Pameran Surabaya Heroes Virtue ditemani Rini Eri Cahyadi, Sekretaris Daerah Kota Surabaya Ikhsan, dan kurator pameran Yayan Indrayana (paling kanan). Foto: Begandring
Begandring.com: Sukar dipungkiri, Surabaya adalah “Ibukota” Hari Pahlawan Indonesia. Pewarisan dan aktualisasi memori kolektif tentang pertempuran 10 November yang legendaris terus digemakan melalui event-event publik yang edukatif, menarik, dan artistik.
Poster Pameran Surabaya Heroes Virtue. Foto: Begandring
Berkolaborasi dengan Komunitas Begandring Soerabaia, Surabaya Heroes Virtue adalah pameran foto tematik Perang 10 November 1945 Surabaya yang menjadi bagian rangkaian Surabaya Heroic Days 2023 yang dihelat oleh Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (DKKOP) Pemerintah Kota Surabaya.
Beragam visual arena pertempuran, potret, arsip, buku, dan diskusi berseri bakal dihadirkan di Basement Balai Pemuda, 3-15 November 2023. Surabaya Heroes Virtue menekankan pada figur-figur pejuang yang sesungguhnya berperan penting selama peristiwa 10 November 1945, namun relatif jarang tersebut dalam narasi sejarah arus utama.
Walikota Eri Cahyadi terlihat antusias meninjau langsung pameran. Dipandu langsung oleh Yayan Indrayana, kurator pameran, Eri mengamati dengan seksama materi pameran didampingi Rini Eri Cahyadi, Sekretaris Daerah Kota Surabaya Ikhsan, serta Kepala DKKOP Wiwiek Widayati.
“Ini bagus. Nama-nama pejuang yang jarang kita ketahui ini harus masuk ditambahkan di buku tentang Perang 10 November 1945 terbitan pemerintah kota. Peran ulama, Resolusi Jihad, ini harus diketahui publik. Nanti saya minta dinas terkait untuk menambahkan konten materi pameran ini ke buku kita,” ujar Eri.
Yayan Indrayana, koordinator tim kurator pameran, memang menghadirkan potret nama-nama seperti Darijah Soerodikoesoemo, Loekitaningsih, dan Isbandijah. “Mereka adalah perempuan pejuang yang perannya penting sekali selama pertempuran. Mulai dari menghimpun para perempuan menyiapkan dapur umum untuk logistik para pejuang, menjaga pos-pos tenaga medis di garis depan, ikut angkat senjata, dan lain-lain,” ujarnya.
Selain itu, Yayan juga menampilkan tokoh-tokoh kalangan sipil dari bangsa/etnis lain seperti Thakurdas Dharyanani Kundan, penerjemah yang berasal dari India. Serta Walikota Surabaya saat itu, Radjamin Nasution, yang berasal dari Sumatera. Dari kalangan ulama, K.H Hasjim Asy’arie dan K.H Abdul Wahab Hasbullah tak luput diungkap peran pentingnya.
“Pertempuran 10 Nopember memang melibatkan hampir seluruh elemen masyarakat. Lintas kelas, agama, etnis, dari kalangan sipil maupun militer, semuanya terlibat berperan,” ujar Yayan mantap.
Pemandu pameran, Rozi, memandu pengunjung dalam Pameran Surabaya Heroes Virtue. Foto: Begandring
Berbagai koleksi peta pertahanan, catatan strategi perang, selebaran ultimatum dari Tentara Sekutu, hingga linimasa pertempuran hari ke hari dan bulan ke bulan juga turut disajikan.
Film dokudrama Soera Ing Baja yang dibintangi Walikota Surabaya Eri Cahyadi sedianya juga akan diputar dalam pameran itu.
Salah satu koleksi buku langka yang dipamerkan adalah pidato peresmian Presiden Soekarno saat meresmikan Tugu Pahlawan pada 1952. “Buku itu jarang diketahui publik, jarang sekali dikutip dalam karya-karya sejarah tentang kepahlawanan di Indonesia. Padahal isinya sangat-sangat bagus,” ujar Yayan. Dalam buku itu, lanjut Yayan, Soekarno menggunakan istilah yang sangat inspiratif. Yakni, budi-pekerti-pahlawan.
“Itulah yang kemudian menginspirasi tim kurator untuk menamai pameran ini dengan Surabaya Heroes Virtue, yakni budi-pekerti-pahlawan dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya,” pungkasnya. (red)